Ia tidak mematok harga kepada para pelanggannya. Namun dari jasanya itu dia bisa mendapatkan uang sebesar Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per hari.
Sudah hampir 40 tahun ia melakoni jasa tensi darah keliling, tak jarang ia menemukan orang yang tidak membayar jasanya tersebut.
Berkat ketelatenannya itu, ia sudah berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi di Bandung. Kini anaknya itu sudah menjadi guru dan telah diangkat sebagai ASN.
"Anak ada empat, dua laki-laki, dan dua perempuan, namun satu anak saya yang laki-laki meninggal. Sedangkan kedua anak perempuan sudah menikah dan dibawa suaminya. Alhamdulillah satu anak saya kini sudah menjadi guru," katanya sambil membereskan alat tensi yang sudah ia gunakan.
Meski begitu, hingga kini hampir setiap hari dia membawa tas selempang dan tas warna berwana hijau di pinggangnya. Alat tensi darah dia genggam.
Tidak kenal lelah langkah demi langkah ia menyusuri permukiman warga hingga perkantoran yang ada di Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk mencari warga yang ingin memakai jasanya. Salut banget deh sama si kakek satu ini.
Gimana, cukup inspiratif kan kisah kakek di atas? Bisa dicontoh nih cara pelihara 'tuyul'nya.