Kini, kita bisa menonton film kapan aja dan di mana aja. Aktivitas ini juga semakin digandrungi banyak orang dari berbagai gender dan usia. Terutama sih anak muda ya.
Ada banyak genre film yang bisa ditonton. Tapi dari sekian banyak genre film, film sedih menjadi salah satu yang primadona. Cocok banget nih untuk mengisi waktu luang.
Film sedih tentu saja membuat banyak penontonnya bisa ikut sedih, menangis, bahkan ikutan galau juga. Gak tau kenapa, banyak banget orang yang suka sama genre film dengan cerita tragis.
Kalo udah suka, ada perasan pengin nonton lagi, lagi, dan lagi. Rasanya kayak pengin mengulangi perasaan yang sama dengan menonton berbagai film sedih dari judul lainnya. Sensasinya beda dan selalu bikin ketagihan.
Nah, genre film sedih ternyata gak sekadar dibuat untuk menghibur aja. Seorang ahli menyebutkan bahwa film sedih justru bikin kita bahagia. Tapi kenapa malah bahagia?
Genre film sedih, terutama drama, ternyata punya manfaat juga buat kesehatan mental seseorang. Manfaatnya adalah kita bisa membangun kedekatan diri kita dengan orang lain di sekitar kita.
Banyak banget orang yang suka nonton film sedih (istockphoto.com)
Robin Dunbar, seorang ahli psikologi evolusioner dari University of Oxford pernah melakukan penelitian tentang hal ini. Katanya, kepedihan emosional yang didapat setelah menonton film sedih bisa memicu pelepasan hormon endorfin.
Endorfin sendiri adalah hormon yang diproduksi oleh otak dan sistem saraf. Hormon ini bertindak sebagai analgesik dan meningkatkan tolerasi tubuh terhadap rasa sakit.
Produksi endorfin setelah kita menonton film sedih bisa mendorong kita mengalami kelegaan dan kebahagiaan. Hal itu juga membuat kita lebih kebal terhadap rasa sakit secara fisik.
Demi membuktikan teorinya, Robin bersama timnya melakukan penelitian terhadap beberapa partisipan. Para partisipan cuma diminta untuk menonton dua film yang berbeda: film drama "Stuart: A Life Backwards" dan dokumenter non-drama "The Museum of Life".
Nonton film sedih bisa membangun kedekatan kita dengan orang lain (freepik.com)
Kedua kelompok partisipan itu kemudian diuji sensitivitasnya terhadap rasa sakit melalui prosedur Roman Chair.
Hasilnya, kelompok penonton "Stuart: A Life Backwards" mampu melakukan prosedu Roman Chair lebih lama ketimbang yang belum menontonnya. Sementara kelompok kedua yang nonton dokumenter non-drama tak bisa berlama-lama.
Penelitian dari ahli ini melaporkan bahwa kelompok pertama tadi jadi lebih dekat satu sama lain. Soalnya, mereka telah mengalami perasaan sedih secara kolektif.
Studi yang dilakukan ahli dari kampus lain pun menunjukkan hal serupa. Silvia Westerwick, seorang pakar komunikasi dari Ohio State University melaporkan bahwa perasaan bahagia akan muncul dalam jangka waktu tertentu setelah menyaksikan film sedih.
Kita bakal lebih dekat satu sama lain setelah nonton film sedih (freepik.com)
Para partisipan pun diminta untuk menulis setelah menonton film drama "Atonement". Uniknya, para partisipan jadi menuliskan beberapa hal mengenai orang-orang terdekat mereka.
Silvia Westerwick menjelaskan, temuan ini sesuai dengan berbagai riset di bidang psiklogi. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan negatif akan membuat orang lebih memaknai kehidupan.
"Emosi positif umumnya menandakan bahwa segala sesuatu baik-baik saja, sehingga kita tidak perlu khawatir mengenai permasalahan hidup," kata Silvia Westerwick.
Tapi kalo kita udah dikuasai emosi negatif, kita bakal lebih peka dengan orang di sekeliling kita. Setelahnya, kita tentu akan bahagia. Mungkin lebih bersyukur.
Ada yang tau judul drama Korea ini? Sedih loh ceritanya (koreaboo.com)