Menjelajahi Desa Randegan di Jawa Timur, Ketika Jual Nasi Dianggap Bawa Sial

Desa Randegan di Sidoarjo melarang warganya menjual nasi. Kira-kira apa alasannya? Berikut ulasannya!

Indonesia kaya akan keragaman budaya dan tradisi unik yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Salah satu contoh menarik adalah Desa Randegan yang berlokasi di Kecamatan Tangulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Saat berkunjung ke sini, jangan harap kamu bisa menemukan penjual nasi, walau sekedar untuk sarapan. Kira-kira kenapa ya?

Dilansir  dari Detik Travel, desa ini memang memiliki aturan yang cukup tidak biasa, yaitu melarang penjualan nasi di dalam wilayahnya. Kira-kira apa alasannya? Bagaimana jika ada warga atau pendatang yang lapar? Berikut adalah 5 fakta menarik tentang Desa Randegan dan larangan penjualan nasi di sana.

1. Jual Nasi Dianggap Membawa Sial

Sebagaimana disebutkan di atas, Desa Randegan dikenal dengan larangan uniknya terhadap penjualan nasi di dalam desa. Masyarakat setempat meyakini bahwa berjualan nasi di desa ini akan mendatangkan nasib buruk atau sial. Sebagai akibatnya, tidak ada pedagang atau warung yang menjual nasi di sini.

2. Dagangan Pengganti Nasi

Desa Randegan (via Warung Lontong Medan Mama Abie)

Meski ada larangan menjual nasi, namun bukan berarti tidak ada warung di kawasan Desa Randegan. Warga atau pendatang tetap bisa membeli makanan jika lapar, hanya saja tidak ada menu nasi di sini. Warung-warung di sini biasanya menyediakan lontong, misalnya lontong tahu atau lontong mie.

3. Bagian dari Tradisi yang Dipegang Erat

Desa Randegan (via Surabaya Network)

Larangan penjualan nasi ini bukanlah keputusan yang baru saja diambil. Tradisi ini telah berlangsung cukup lama dan dipatuhi oleh masyarakat desa secara ketat. Hal ini mencerminkan bagaimana tradisi dan kepercayaan dapat tetap terjaga meskipun di tengah perubahan zaman.

Walaupun hal ini didasari rasa khawatir akan datangnya kesialan, larangan ini nyatanya menjadi usaha melestarikan budaya dan menghormati nilai-nilai leluhur. Masyarakat Desa Randegan percaya bahwa dengan mematuhi larangan ini, mereka dapat mempertahankan ikatan dengan warisan nenek moyang mereka dan menjaga keseimbangan spiritual dalam masyarakat.

4. Menjadi Perhatian Banyak Orang

Desa Randegan (via Titipku)

Faktor unik dari larangan penjualan nasi ini telah menarik perhatian banyak orang. Banyak orang datang ke Desa Randegan untuk melihat langsung bagaimana masyarakat setempat mematuhi tradisi ini. Hal ini telah memberikan dampak positif pada ekonomi lokal melalui sektor pariwisata.

Desa Randegan membuktikan bahwa tradisi dan kepercayaan dapat membentuk ciri khas suatu daerah yang unik. Dengan melarang penjualan nasi, desa ini mempertahankan nilai-nilai luhur yang diteruskan dari generasi ke generasi. Sambil tetap menghormati kepercayaan dan tradisi ini, Desa Randegan juga telah berhasil menarik minat para wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Desa Randegan (via YouTube)