Film Sejarah Nggak Selalu Benar! 3 Film Di Bawah Malah Jauh Dari Kenyataan, Penasaran?

Film sejarah nggak mesti selalu benar, gaes. Meskipun produksi Hollywood, mereka juga bisa berbuat salah, kok. Penasaran?

Film sejarah, baik tentang sosok atau peristiwa tertentu, kerap mengundang kontroversi. Biasanya diakibatkan penafsiran sutradara dan penulis naskah tak sejalan atau malah bersimpangan dengan kejadian sebenarnya. Namun apalah daya manusia beserta ingatan yang terbatas, hanya mampu mereka ulang satu peristiwa besar sesuai informasi yang didapatkannya. 

Dalam hal "informasi yang didapatkan" pun kita masih bisa mendebatnya. Kita bisa melayangkan berbagai jenis catatan sejarah, testimoni dari saksi mata atau pelaku sejarah dan banyak jenis lainnya. Maka, wajar jika satu film bertemakan sejarah muncul, kontroversi dan perdebatan terkait akurasi cerita akan mengiringi di belakangnya. 

FYI, di bawah ini adalah lima film sejarah yang ternyata akurasi kebenarannya jauh banget dari kenyataan. Dilansir dari Buzzfeed, yuk simak gaes.

The Greatest Showman (2017) 

Pengusaha dan pengelola bisnis pertunjukkan bernama PT Barnum menciptakan sebuah pertunjukkan sirkus yang berisi hal-hal unik dan aneh lalu menjadi sensasi di seluruh dunia. Ia adalah sosok yang mengawali jenis bisnis yang kita kenal sebagai pertunjukan sirkus.

Film sejarah Tiongkok (epizone.id)

Film sejarah ini terlalu banyak berfokus pada masa lalu Barnum yang banyak masalah, namun gagal mengungkap sisi kelam yang dilakukannya untuk menaikkan popularis sirkus. Salah satunya adalah tentang sosok  Joice Heith, salah satu penampil pada pertunjukkan sirkus Barnum. 

The Greatest Showman (cnbc.com)

Joice Heith adalah seorang wanita tua berkulit hitam yang disebut oleh Barnum sebagai salah satu pembantu George Washington, Presiden Amerika Serikat Pertama, yang berusia 161 tahun. Ia dibawa dalam pertunjukan Barnum, meskipun dalam kondisi tidak sehat, buta dan sulit untuk bergerak. Tapi dia berhasil mengangkat popularitasi sirkus Barnum hingga menjadi buah bibir masyarakat. 

Sementara itu, karakter yang dimainkan oleh Zac Efron dan Zendaya merupakan karakter karangan dan hanya digunakan untuk mengangkat isu rasial dari film tersebut. Ironi memang, jika penggambaran Barnum sebagai sosok yang toleran dan humanis, ternyata sebenarnya sosok yang rasis dan tega mengeksploitasi manusia.

Braveheart (1995) 

Film sejarah ini adalah salah satu fulm yang membawa Mel Gibson naik ke panggung aktor dan sutradara kenamaan dunia. Menceritakan tentang pemberontak dari Skotlandia, William Wallace, terhadap kerajaan Inggris yang dipimpin Raja Edward I setelah wanita yang dicintainya dibunuh dengan kejam. 

PT Barnum dan orang-orang yang bekerja untuknya (horrorfreaknews.com)

Ternyata, sejarah tidak berjalan demikian adanya. Sederhananya, periodisasi waktu dan peristiwa bersejarah yang ada di dalam film nggak ada hubungan sama sekali dengan sejarah resmi yang dituliskan para sejarahwan. 

Mel Gibson di film sejarah Braveheart (justwatch.com)

Film sejarah ini dibuka dengan penaklukan Raja Edward atas Skotlandia, setelah kematian Alexander III pada tahun 1280. Dalam kenyataannya, Raja Alexander III memerintah hingga 1286 dan pemberontakan yang dipimpin oleh Wallace terjadi pada tahun 1296. 

 Argo (2012) 

Film ini disutradari oleh aktor ternama Ben Affleck. Menceritakan tentang usaha penyelamatan enam warga negara Amerika Serikat yang terjebak di Teheran saat Revolusi Iran berlangsung. Agen CIA menyamarkan operasinya sebagai kru produksi film fiksi ilmiah dan dibantu oleh kedutaan Kanada. 

Dalam film sejarah tersebut, dikisahkan operasi berjalan lancar tanpa kurang satu orangpun. Dan kedutaan Kanada digambarkan sebagai kantor yang hanya menjadi tempat berlindung sementara orang-orang Amerika dari amukan masyarakat Iran. Namun, yang terjadi sebenarnya bukanlah demikian. 

Argo (collider.com)

Dalam laporan operasi yang dikeluarkan CIA beberapa tahun lalu, kedutaan besar Kanada rela mengambil resiko dengan mengeluarkan visa dan menyiapkan surat-surat kewarganegaraan demi membawa warga Amerika keluar dari Iran. Selain itu, mereka juga melatih selama berjam-jam agar para warga Amerika bisa berbicara menggunakan aksen Kanada secara alami. Maka, adegan terakhir saat keenam warga Amerika berada di bandara dan melewati proses identifikasi dengan nuansa mencekam, semuanya hanyalah karangan belaka. Hanya bagian yang dimunculkan demi menaikkan ketegangan. 

Nah, itulah tiga film sejarah luar negeri yang ternyata jauh banget dari kenyataan. Semoga kita bisa belajar untuk lebih cermat dalam membaca sejarah dan nggak percaya begitu saja dengan produk film, ya.

Suasana Revolusi Iran di Kedutaan Besar Amerika Serikat (wikipedia.org)