Zaman dahulu, salah satu cara berkomunikasi jarak jauh adalah berkirim surat. Para pasangan yang LDR-an pun udah pasti sering kirim-kiriman surat buat saling mencurahkan isi hati dan perasaan.
Memang sih caranya lebih ribet dibanding zaman sekarang, tapi justru bikin romantis! Di mana tiap orang harus tulis tangan apa yang ingin disampaikan, dibungkus amplop, terus dikirim bisa sampai berhari-hari baru sampai di penerima..
Sekarang ini mungkin surat-suratan udah jarang dilakukan, karena ya mungkin buat apa juga? Toh chatting atau email lebih praktis dan cepat sampai. Tapi tetap aja rasanya lebih istimewa ketika bisa dapat surat cinta dari orang tersayang.
Penasaran nggak kalau orang zaman dulu surat-suratannya kayak apa? Nah, kebetulan banegt nih ada ilmuwan Philadelphia yang menemukan artegak di Lembah Niffer, sekitar 150 km dari kota Baghdad, Irak. Dari beberapa penemuan, rupanya salah satunya adalah surat cinta tertua.
Surat cinta tertua ini berasal dari masa 2200 SM dan ditemukan setelah penggalian arkeologi tahun 1889 oleh Noah Kramer Profesor dari Philadelphia University.
Kalau dilihat sekilas sih, artefaknya emang nggak kayak surat dari penampakannya. Bentuknya sederhana banget, kayak cuma lempengan tebal tapi ada tekstur garis-garis unik. Polanya jadi tampak kayak rajutan. Jadi awalnya lumayan susah mencari tahu apa maksud dari artefak tersebut.
Surat cinta tertua (howtoistanbul.com)
Setelah 58 tahun kemudian, penemuan tersebut baru deh bisa diterjemahkan. Si penerjemahnya adalah sumerolog alias ahli bahasa Sumeria terkenal di dunia, yaitu Muazzez Longsor dan Hatice Kzlaybu.
Baru deh pas udah diterjemahkan terungkap kalau artefak itu adalah surat yang dibuat oleh pendeta tinggi atau high priest bangsa Sumeria bernama Inanna yang ditujukan kepada raja yang merupakan suaminya di malam pernikahan mereka.
Kebetulan, menulis puisi cinta ini emang tradisi bangsa Sumeria yang umum dilakukan pada malam pernikahan untuk pasangannya. Setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, berikut isi suratnya~
Surat cinta tertua (ancient.eu)
Pengantin laki-laki, sayang untuk hatiku, kebaikan adalah ketampananmu, sayang, Singaku, sayang untuk hatiku, kebaikan adalah ketampananmu, sayang. Engkau telah memikat hatiku, Biarkanku berdiri, hingga hatiku bergetar di sampingmu.
Pengantin laki-lakiku, ku kan dijemputmu menuju ke peraduan. Engkau telah memikatku, Biarkan aku berdiri gemetar di sampingmu. Singaku, ku kan dijemputmu menuju ke peraduan.
Pengantin laki-lakiku, biarkan ku membelaimu.
Belaian berharga ku lebih bernilai dari madu. Hingga peraduan penuh madu. Biarkan saya menikmati keindahan dan kebaikanmu, Singaku, biarkan aku membelaimu.
Belaian berharga ku lebih bernilai dari madu. Pengantin laki-lakiku, kau telah mengambil kesenangan dari diriku. Katakan pada ibuku, dan dia akan memberikan hidangan. Katakan pada Ayahku, ia akan memberimu hadiah.
Ku tahu di mana saat menghibur semangatmu. Pengantin laki-lakiku, singgah dan tidurlah di rumah sampai fajar menjelang. Hatiku, ku tahu cara menggembirakan hatimu, Singaku. Tidur dan singgahlah di rumah sampai fajar menjelang.
Kau ada, karena kau mencintaiku. Biarkan aku berdoa dengan belaianmu. Dewa tuanku, tuanku pelindung, Shu-Sin, yang Enlil Gladdens hati. Berikan saya berdoa belaian Anda.
Tempat semanis madu, di mana kita berdoa dengan meletakkan tanganmu di atasnya. Angkat tanganmu seperti kain gishban. Tengadahkan tanganmu di atas kain gishban.
Romantis banget kan isi suratnya? Saat ini, surat tersebut disimpan di Museum Arkeologi Istanbul, Turki.
Surat cinta tertua (willflyforfood.net)