Kisah Ustaz yang Mempelajari Ilmu Makrifat Hingga Bisa Bertapa 40 Hari, Mendatangi Beberapa Alam dan Memecat Roh

Kisah Ustaz yang Mempelajari Ilmu Makrifat Hingga Bisa Bertapa 40 Hari, Mendatangi Beberapa Alam dan Memecat Roh

Makrifatullah merupakan pengalaman batin seseorang yang tidak tampak atau tidak terlihat. Makrifat juga bisa dimaknai sebagai barang ghaib sebagaimana keimanan. Tetapi ciri makrifat pada diri seseorang dapat terlihat dari sejauh mana intensitas orang tersebut dalam beribadah.

Seorang Ustaz bernama Abdul Ghofur adalah salah satu ustaz yang berhasil menguasai ilmu makrifat hingga bisa melakukan banyak hal seperti mendatangi beberapa alam, bertapa 40 hari, dan memecat roh.

# Sempat Ditipu dan Tak Diizinkan Keluarga

Kisah Ustaz yang berasal dari Logandu Kecamatan Karanggayam ini mempelajari ilmu makrifat ini bisa dibilang tak mudah.

Ia pernah dimanfaatkan oleh beberapa oknum Kyai yang ingin mengeruk keuntungan dari semangat belajar Ghofur. Walhasil Ghofur terlilit utang hingga Rp170 juta.

Tak hanya itu. Ketika berada di padepokan, Abdul Ghofur tidak menceritakan kepada keluarganya kalau dia sedang berguru dan sedang mempelajari esensi dari ilmu makrifat. Ghofur hanya bilang dan izin kepada keluarganya bahwa dia sedang bekerja.

Tentang Makrifatullah (Twitter.com)

Setelah mengetahui bahwa Ghofur ternyata berguru, keluarga Ghofur pun tidak setuju kalau dia berguru. Meski demikian tekad Ghofur ternyata sudah bulat. Dia sangat ingin menguasai ilmu makrifat. Ghofur pun akhirnya kembali ke padepokan untuk kembali melaksanakan riyadhoh yang sebelumnya mengalami kegagalan.

Buku-buku untuk kamu yang ingin mempelajari ilmu makrifat (bukalapak.com)

# Berguru Pada Kyai Syawal

Setelah kena tipu ratusan juta. Ghofur kemudian mencari informasi tentang Kyai di Kebumen yang bisa menjadi guru makrifatnya. Ia kemudian bertemu Kyai Syawal.

“Abdul Ghofur datang ke sini sekitar Bulan Maret 2015 pukul 22.00 WIB,” ujar Kyai Syawal.

Kyai Syawal mengatakan, ada empat ilmu Islam dan dibagi menjadi dua. Untuk Syariat dan Thoriqoh dipelajari dengan cara shaum atau disebut juga dengan puasa. Sementara untuk hakekat dan makrifat harus dipelajari dengan riyadhoh tam (Riyadhoh sempurna) yakni selama 40 hari 40 malam.

“Selama tiga bulan Ghofur belajar disini tentang teori-teori makrifat. Dia pernah mencoba untuk bertapa namun hanya berhasil 7 hari saja. Abdul Ghofur pun kemudian pulang,” ujar Kyai Syawal.

Namun tak berapa lama Ghofur kembali ke padepokan untuk kembali melaksanakan riyadhoh yang sebelumnya gagal.

“Saya sendiri sudah melarangnya, namun dia bersih kukuh. Bahkan memilih mati dari pada tidak dapat menggapai ilmu tersebut. Ini memang menjadi ciri-ciri orang yang sudah membutuhkan ilmu makrifat. Dan ilmu makrifat hanya dapat diberikan dan diajarkan kepada orang-orang yang memang membutuhkan,” ujar Kyai Syawal.

Ghofur kemudian kembali memperdalam teori ilmu makrifat dari sejumlah kitab, di antaranya Al Hikam, Kitab Ihya Ulumudin dan lain sebagainya. Dengan sungguh-sungguh dan mengikuti petunjuk dari sang gurunya serta didampingi keponakannya Warsono, Ghofur pun menjalani tapa dengan baik di Padepokan Kyai Syawal. 

Pihak keluarga pun akhirnya mendukung Ghofur dengan selalu menjenguk Ghofur selama di Padepokan Kyai Syawal, baik sebelum tapa, saat menjalankan tapa, maupun sesudah tapa.

Ilustrasi tentang orang yang bertapa (biografibuddha.wordpress.com)

# Berhasil Melakukan Tapa Selama 40 Hari

Setelah melakukan tapa dengan khusuk dan sungguh-sungguh, masa 40 hari akhirnya dapat diselesaikan dengan baik oleh Ghofur. Ia pun digadang-gadang diakui oleh Allah sebagai wali. 

Usai melaksanakan tapa dengan sempurna, sebagai seorang guru Syawal pun memberi Ghofur air kelapa muda dan air putih yang dicampur gula, sedikit demi sedikit. Hal itu untuk memulihkan kondisi tubuh Ghofur.

Setelah menjalani tapa selama 40 hari lamanya tanpa makan dan minum, Kyai Syawal menambahkan, Ghofur diperlihatkan kepadanya beberapa alam, meliputi alam wali, alam kubur, alam dewa dewi dan lain sebagainya.

Kendati demikian saat itu Ghofur mengatakan kalau dia tidak ingin pulang kerumah karena tidak sangggup lagi hidup bersosial dengan masyarakat. Alasannya banyak fitnah yang mengatakan bahwa gurunya sesat. Ghofur pun bersikeras untuk tetap tinggal di padepokan dan tidak mau pulang.

“Saat saya hendak ke Jakarta, saya wasiat kepada Ghofur agar dia boleh pulang kerumah sesekali dan jangan sampai “Ninggal Raga” atau melakukan pecat ruh. Sebab orang yang sudah mencapai ilmu makrifat mampu melakukan pecat ruh, yakni mengeluarkan ruhnya sendiri dari jasadnya,” kata Kyai Syawal

Menurut Syawal, meninggalnya Ghofur itu memang karena kemauannya sendiri yakni dia sudah tidak mau lagi hidup di alam ini. Dia lebih memilih ‘ninggal raga’ dari pada hidup di kehidupan ini. Sebelum melakukan pecat ruh, Ghofur pesan kepada keponakannya Warsono untuk dimakamkan di area padepokan.