Logikanya, membeli album musik dengan mengunduh versi digital dan streaming musik menggunakan aplikasi streaming itu akan sangat ramah lingkungan. Kita tidak perlu lagi membeli rilisan fisik yang mungkin pembuatannya memiliki residu yang buruk di alam bebas.
Tetapi kenyataanya tidak sesimpel itu. Bahkan ada kemungkinan hal tersebut bisa menjadi lebih buruk bagi lingkungan. Para peneliti telah menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca sekarang lebih tinggi daripada saat media fisik menjadi sangat populer.
Meskipun digital telah mengurangi jumlah plastik, popularitas musik dan permintaan yang semakin besar mungkin telah memicu kenaikan lainnya.
Di tahun 1977 saja saat vinil sedang berjaya, manusia meproduksi 346 juta pound gas rumah kaca, sedangkan di era unduhan dan streaming diperkirakan menghasilkan 441 juta hingga 772 juta pound. Kalian bisa membaca hasil laporan penelitian tersebut sediri di laman ini (https://www.gla.ac.uk/news/headline_643297_en.html).
Data yang tersedia secara publik ini menyisakan beberapa pertanyaan. Tidak jelas bahwa temuan penghematan dari berkurangnya biaya transportasi, pengemasan dan penghematan lain memiliki pengaruh yang signifikan ketika musik tidak harus berpindah secara fisik dari satu tempat ke tempat yang lain.
Laporan tersebut juga tidak memperhitungkan multitasking. Jika kalian mendengarkan musik, misalnya apakah kalian hanya mendengarkan musik atau sebaliknya, sambil 'membuang gas rumah kaca yang lain' sementara mendengarkan musik sudah sangat portable dan mobile.
Aplikasi streaming musik (engadget.com)
Pada dasarnya, para peneliti tidak meminta orang untuk kembali ke rilisan fisik. Sebaliknya, mereka ingin kita berpikir tentang penggunaan daya dan memilih layanan yang meminimalkan efek terhadap planet ini. Mereka juga dapat mengembangkan alternatif yang lebih berkelanjutan tanpa mengorbankan kenyamanan kalian saat mendengarkan dari lagu-lagu on-demand.
Ramah lingkungan (makaan.com)