Korban Intimidasi Meminta Polisi Tuntaskan Kasusnya saat CFD

Susi Ferawati, perempuan yang menjadi korban intimidasi saat bersama anaknya di CFD meminta Polisi mengusut hingga tuntas kasus yang dialaminya.

Susi Ferawati adalah perempuan yang menjadi korban intimidasi saat bersama anaknya di hari bebas berkendaraan atau Car Free Day (CFD). Ia meminta polisi segera mengusut hingga tuntas kasus intimidasi yang dialaminya dan  warga lain saat CFD.

Ia tidak sendirian, Susi ditemani Jaringan Advokasi Rakyat, Jangkar Solidaritas, milik Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Melalui juru bicara PSI bidang hukum dan Koordinator Jangkar Solidaritas, Dini Purwono, PSI mengapresiasi kepolisian yang bergerak cepat membentuk tim untuk melakukan investigasi.

"Dari pemberitaan yang beredar hari Minggu, 29 April 2018, kepolisian telah membentuk tim untuk melakukan investigasi meskipun belum ada pelaporan dari korban atau masyarakat. Kita tidak boleh melakukan pembiaran terhadap hal-hal yang melanggar hukum," kata Dini seperti yang dikutip dari Medcom.id.

Dini yang juga merupakan Caleg PSI Dapil Jateng, juga mengungkapkan bahwa PSI telah membuat laporan untuk pihak kepolisian. Laporan ini merupakan bentuk nyata kecaman PSI atas segala bentuk tindakan kekerasan, intimidasi dan intoleransi terhadap warga negara, terutama terhadap perempuan dan anak.

Jadi laporan kami ini dapat dianggap sebagai bentuk dukungan kami kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini dan menindak tegas para pelaku aksi intimidasi tersebut," ujar

Di Belakang Layar Gerakan 2019 Ganti Presiden

Banyak pihak yang mulai sangsi bahwa ada beberapa kelompok yang memang sengaja menggerakkan kampanye 2019 "Ganti Presiden". Eggi Sudjana, salah satu penggeraknya,  mengklaim gerakan ini tidak terkait partai politik. Meski tak bisa dipungkiri, bahwa penggagasnya adalah kader Partai Keadilan Sejahtera, yakni Mardani Ali Sera.

Gerakkan ini awalnya berdifat damai, namun malah berakhir dengan tindakan intimidatif kepada simpatisan pendukung Jokowi berkaos #DiaSibukKerja, yang saat bersamaan menggelar acara di lokasi yang sama. Meski begitu, persekusi dalam gerakan "2019 Ganti Presiden" belum berpola, tidak seperti kasus sebelumnya yang selalu dimulai dari media sosial.