Garam Apa yang Paling Sehat untuk Dikonsumsi? Ini Jawabnya!

Garam Apa yang Paling Sehat untuk Dikonsumsi? Ini Jawabnya!

Mengonsumsi garam sangat penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit. Selain itu, garam memainkan peran penting dalam menghantarkan impuls saraf serta kontraksi dan relaksasi otot. Namun, tidak semua garam itu sama. Ada yang berdampak positif pada kesehatan, ada pula yang merugikan. 

Garam terbaik untuk kesehatan harus mengandung mineral dan bebas racun. Lantas, garam apa yang paling sehat untuk dikonsumsi? Yuk, simak artikel ini sampai akhir!

Garam Meja vs Garam Mineral Alami

"Garam meja" adalah bentuk natrium olahan yang disebut natrium klorida. Garam meja dibuat dengan mengambil garam alami dan memanaskannya pada suhu 1200° Fahrenheit. 

Setelah garam dipanaskan hingga suhu ini, garam mulai kehilangan unsur dan mineral penting yang diperlukan untuk menjaga hidrasi yang tepat dan rasio natrium-kalium yang memadai. Hal ini menyebabkan retensi air dan berdampak negatif pada fungsi kekebalan dan hormon. 

Selain itu, garam meja mengandung banyak racun seperti natrium solo-ko-aluminat, iodida, natrium bikarbonat, fluorida, kalium iodida dalam jumlah beracun, turunan aluminium. dan bahan tambahan potensial lainnya termasuk gula dan MSG (mono-sodium-glutamate).

Apakah semua garam sama (id.my-best.com)

Garam meja adalah alasan mengapa garam mendapat reputasi buruk. Asupan berlebihan garam meja dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas.

Berbeda dari garam meja, konsentrasi mineral garam alami membantu kita mencerna dan mengasimilasi makanan yang kita makan untuk memaksimalkan nilai gizinya. 

Ada satu jenis garam yang paling sehat yang bebas dari racun dan kaya akan mineral yang diperlukan tubuh, ia adalah garam bambu.

Garam bambu Korea atau jugyeom (kaltim.tribunnews.com)

Garam bambu telah dibuat di Korea selama berabad-abad oleh para biksu Buddha sebagai bahan pokok kuliner dan obat. Garam ini dibuat dari garam laut yang dipanen dengan tangan yang dikumpulkan di lepas pantai Korea Barat. Garam tersebut kemudian dijemur dan disimpan di pilar bambu berumur 3 tahun dan ditutup dengan tanah liat merah yang dikumpulkan dari dalam pegunungan Korea.

Pilar bambu ditempatkan di tempat pembakaran besi dan dipanggang di atas api kayu pinus pada suhu 800°C selama 8 hingga 15 jam. Pada suhu ini, logam berat, mikroplastik, dan senyawa berbahaya lainnya akan menguap. 

Sementara itu, batang bambu yang kaya mineral memberikan garam dengan 70+ mineral, seperti belerang, dan khasiat peningkat kesehatan lainnya. Proses ini diulangi 1 hingga 9 kali. Dengan setiap pembakaran, kemurnian garam, alkalinitas, kandungan mineral, sifat terapeutik, dan kandungan sulfur meningkat.