Bhutan Turunkan Biaya Pariwisata untuk Turis, Bisa Jadi Alternatif Jalur Pendakian ke Himalaya!

Bhutan adalah negara kecil yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang memesona. Kini kunjungan ke sana bisa jadi lebih terjangkau.

Selama ini, Nepal adalah jalur pendakian yang paling populer menuju puncak tertinggi di dunia, Mount Everest. Padahal, ada beberapa altenatif yang tak kalah menarik untuk dicoba. Salah satunya adalah Bhutan, negara kecil yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang memesona. Kini, ada kabar baik yang mungkin ingin kamu dengar terkait kunjungan ke negara ini.

Bhutan Lakukan Pemotongan Biaya Pariwisata

Negara ini memang dikenal cukup hati-hati dalam mengelola potensi pariwisata. Pemerintah dan instansi terkait selalu berusaha mengendalikan jumlah wisatawan karena khawatir akan mengganggu kelestarian potensi daerah dan menimbulkan kerusakan tertentu. Hal ini terlihat dari kebijakan bahwa setiap turis harus membeli paket pariwisata yang mencakup sejumlah layanan dan fasilitas, termasuk akomodasi, makanan, dan pemandu wisata.

Namun kini, mereka kembali mengambil langkah berani dengan menurunkan biaya paket pariwisata untuk turis. Dilansir dari CNN Travel, pemerintah mengumumkan pemotongan tarif sebesar 50%, dari yang awalnya sebesar US$200/orang/malam (sekitar Rp3 jutaan) menjadi  US$100/orang/malam (sekitar Rp1,5 juta). Tarif baru akan diterapkan mulai September 2023 dan berlaku hingga empat tahun ke depan.

Langkah ini diharapkan akan mendorong lebih banyak kunjungan dan mengembalikan daya tarik negara sebagai tujuan wisata yang menarik. Sebagai informasi, setiap turis yang ingin berkunjung harus membeli paket pariwisata yang mencakup sejumlah layanan dan fasilitas, termasuk akomodasi, makanan, dan pemandu wisata.

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi Bhutan

Bhutan (via Pikiran-Rakyat)

Pengurangan biaya ini diumumkan setelah industri pariwisata Bhutan merasakan dampak signifikan akibat penurunan jumlah wisatawan selama pandemi Covid-19. Seperti banyak negara lainnya, Bhutan juga mengalami penurunan pendapatan pariwisata yang signifikan karena pembatasan perjalanan global.

Langkah ini tidak hanya diharapkan akan membantu industri pariwisata Bhutan pulih lebih cepat, tetapi juga dapat memberikan kesempatan bagi lebih banyak orang untuk menjelajahi keindahan alam, budaya, dan tradisi unik yang ditawarkan oleh negara ini. Meski sangat potensial, namun belakangan ini banyak wisatawan yang enggan berkunjung lantaran biaya paket pariwisata yang dianggap terlalu mahal.

Tantangan Kebijakan

Bhutan (via Remote Lands)

Walaupun terbilang cukup protektif, namun beberapa dekade terakhir Bhutan sudah cukup terbuka. Pada tahun 2022, pemerintah memutuskan membuka kembali jalur pendakian ke Himalaya setelah 60 tahun ditutup karena alasan pengendalian wisatawan dan pelestarian alam.

Meskipun langkah ini menjanjikan sebagai langkah positif menuju pemulihan ekonomi dan pariwisata Bhutan, tetap ada tantangan dan pertimbangan yang harus diperhatikan. Pengendalian jumlah wisatawan, pelestarian lingkungan, dan pemanfaatan pendapatan pariwisata untuk pembangunan berkelanjutan tetap menjadi fokus penting bagi Bhutan dalam mengatur sektor pariwisatanya.

Dengan langkah-langkah inovatif seperti pengurangan biaya pariwisata, Bhutan menunjukkan tekadnya untuk bangkit dari dampak negatif pandemi dan memulihkan industri pariwisata yang merupakan salah satu pilar ekonomi negara.

 

 

Bhutan (via The New York Times)