5 Makanan Khas Jawa Ini Punya Makna Mendalam, Bisa Dijadikan Pelajaran Hidup

5 Makanan khas Jawa yang punya makna mendalam, mulai dari tumpeng hingga lemper.

Makanan khas Jawa sangatlah beragam. Tapi tahukah kamu? Tidak hanya dikonsumsi, makanan tradisional Jawa juga digunakan sebagai media untuk menyampaikan sebuah nasihat. Di mana, nasihat tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman dalam hidup.

Tak heran apabila setiap makanan tradisional Jawa memiliki filosofi tersendiri yang sarat makna. Banyak dari kamu pasti pernah mengonsumsi makanan tradisional Jawa tersebut. Namun kamu mungkin belum tahu makna yang terkandung di dalamnya kan? Yuk simak rangkumannya di bawah ini!

1. Tumpeng

Tumpeng merupakan nasi yang dibentuk seperti kerucut. Tumpeng sudah sangat lama jadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa. Nasi tumpeng yang banyak digunakan dalam upacara adat, seperti pernikahan, kelahiran, pembangunan rumah, dan panen ini ternyata punya makna mendalam.

Tumpeng merupakan singkatan dari bahasa Jawa 'metu dalan kang lempeng' yang artinya 'hidup melalui jalan yang lurus'. Bentuk kerucut pada tumpeng melambangkan harapan agar kehidupan selalu meningkat dan jadi lebih baik. Bentuk ini juga melambangkan sifat manusia dan alam semesta yang berawal dan kembali pada Tuhan.

Biasanya, tumpeng disajikan bersama aneka sayuran dan lauk-pauk, antara lain ayam, telur rebus, bawang merah, tauge, kacang panjang dan sambal kelapa parut. Umumnya, nasi yang digunakan dalam tumpeng adalah nasi kuning. Tumpeng juga kerap hadir dalam perlombaan HUT RI.

Tumpeng (Good News From Indonesia)

2. Gudeg

Gudeg merupakan makanan khas Jawa Tengah, khususnya Yogyakarta yang terbuat dari bahan nangka muda yang dimasak dengan rempah lengkap dan diberi gula merah sehingga rasanya manis. Nama gudeg berasal dari istilah Jawa 'hangudeg' yang berarti 'mengaduk'. Hal ini berkaitan dengan cara memasak gudeg yang diaduk terus menerus. 

Gudeg sudah ada sejak berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta pada abad ke-15. Ketika itu, ketersediaan pohon nangka yang melimpah dimanfaatkan prajurit untuk membuat makanan. Dengan alat seadanya, mereka mengaduk nangka yang jumlahnya banyak menggunakan alat semacam dayung. 

Cara memasak gudeg yang tidak begitu rumit, namun cukup detail dan memakan waktu lama ini yang mendasari filosofi Jawa dengan penuh ketenangan, sabar, teliti, tidak terburu-buru dan sembrono. Gudeg biasanya disajikan bersama dengan berbagai macam lauk lainnya yang tidak kalah lezat, seperti ayam, telur, tempe atau tahu bacem istimewa.

Gudeg (Kumparan)

3. Klepon

Makanan tradisional Jawa yang termasuk dalam kelompok jajanan pasar ini juga punya makna tersendiri. Warna hijau pada klepon menggambarkan tentang kesederhanaan dan kesuburan. Maka dari itu, jajanan klepon pada zaman dahulu kerap dihadirkan sebagai panganan dalam setiap acara tasyakuran.

Sementara baluran kelapa di bagian luar melambangkan adanya tahapan untuk mencapai kebahagiaan. Klepon juga mengajarkan etika untuk makan dengan mulut tertutup dan tidak boleh sambil berbicara. Klepon sendiri makanan yang dibuat dari tepung beras ketan dan dibentuk menjadi bola-bola. Rasanya manis karena mengandung gula jawa.

Klepon (Jangkara)

4. Apem

Apem adalah kue tradisional Jawa yang terbuat dari bahan dasar campuran tepung beras dan terigu. Apem atau apam dipercaya dibawa oleh Ki Ageng Gribig sepulang dari ibadah haji di Makkah. Ki Ageng Gribig sendiri adalah seorang ulama pada zaman Mataram yang berdakwah menyebarkan agama Islam, khususnya di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.

Kata apem diyakini berasal dari kosakata bahasa Arab, yaitu 'afwan' atau 'affuwun' yang berarti 'maaf' atau 'ampunan'. Pada zaman dahulu, masyarakat Jawa kesulitan untuk mengucapkan kata dalam bahasa Arab tersebut, jadi akhirnya disebut apem. Makanan tradisional ini merupakan simbol permohonan ampun kepada Tuhan atas berbagai kesalahan.

Apem (Tribun Jateng)

5. Lemper

Lemper merupakan singkatan dari bahasa Jawa 'yen dielem atimu ojo memper' yang memiliki arti 'ketika mendapat pujian dari orang lain, hati tidak boleh menjadi sombong atau membanggakan diri'. Lemper adalah makanan tradisional Jawa yang dibuat dari ketan. Adapun ketan yang digunakan untuk membuat lemper memiliki makna persaudaraan. 

Ketan yang lengket juga dianggap sebagai simbol persaudaraan antara manusia yang saling menyatu. Tak hanya itu, ketan juga diyakini berasal dari singkatan dari 'ngraketaken paseduluran', yang berarti merekatkan persaudaraan. Dalam acara syukuran, lemper melambangkan harapan agar rezeki datang.

Lemper (Okezone)