Asal usul Reog Ponorogo sempat menjadi perbincangan dan tanda tanya pada awal tahun 2022 lalu. Pasalnya, muncul wacana bahwa pemerintah Malaysia akan mendaftarkan kesenian tersebut sebagai bagian dari warisan budaya negaranya. Sontak saja hal ini menuai kehebohan karena kebudayaan ini selama puluhan tahun diketahui menjadi ikon Ponorogo, Jawa Timur.
Wakil Duta Besar Malaysia di Jakarta pada akhirnya memberikan keterangan dan membantah kabar tersebut. Namun meski wacana itu hanya kabar burung, pihak Indonesia jadi tergerak untuk mendaftarkan kesenian tersebut sebagai warisan budaya Indonesia.
Terlepas dari polemik yang sempat muncul, reog ponorogo sendiri memang sebuah budaya yang kompleks, terkait sejarah, asal-usul, komponen, hingga makna di dalamnya. Sebelum ada lagi kabar bahwa kesenian akan diklaim negara lain, yuk pahami dulu asal-usul kesenian ini dari berbagai versi!
Mengenal Reog Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian tertua yang bahkan telah tercatat dalam prasasti peninggalan Kerajaan Kanjuruhan pada 760 Masehi, serta muncul kembali pada prasasti 1045 Masehi. Penari reog mengenakan topeng raksasa dengan kepala singa yang dihiasi bulu merak bernama Singo Barong.
Penari reog biasanya didampingi para pengawal yang bernama Warok, serta melibatkan tokoh lain seperti Jathil dan Bujang Ganong. Pertunjukan reog biasanya dilakukan pada acara seperti pernikahan, karnaval, khitanan, dan acara besar tertentu. Biasanya kesenian in terdiri dari 2-3 tarian pembuka dengan kostum yang didominasi warna merah dan hitam.
Asal usul Reog Ponorogo (via Tribrata News)
Asal Usul Reog Ponorogo Versi Kelana Sewandana dan Singo Barong
Salah satu versi mengungkapkan bahwa kesenian reog berasal dari kisah Kelana Sewandana, yang merupakan Raja di Banter Angin (sekarang Ponorogo). Dia ingin mempersunting Putri Dewi Dyah Ayu Sangga Langit dari Kediri. Dia mengutus salah satu punggawa bernama Bujangganong untuk meminang Sang Putri.
Putri Kediri memberikan syarat bahwa siapapun yang meminangnya harus bisa mengalahkan Singo Barong di Alas Roban. Namun Singo Barong ternyata sangat kuat sehingga pasukan-pasukan yang dikirimkan akhirnya kalah. Kelana Sewandana pun mau tak mau harus turun tangan.
Saat merasa tertekan, Kelana Sewandana membanting sumping (hiasan di atas telinga) miliknya ke atas tanah. Secara ajaib, sumping itu berubah jadi burung merak yang berhasil membuat Singo Barong terpesona hingga lengah. Kesempatan itu digunakan Kelana Sewandana untuk mencambukkan Pecut Saman sehingga musuhnya langsung kalah.
Singkat cerita, Kelana Sewandana berhasil menyunting Putri Kediri dan keduanya menikah dengan arak-arakan Singo Barong yang di atasnya bertengger dua buruk Merak. Arak-arakan ini kemudian menjadi tradisi hingga saat ini.
Asal usul Reog Ponorogo (via Poskata)
Versi Ki Ageng Kutu
Selanjutnya, ada versi yang mengatakan bahwa Reog Ponorogo adalah penggambaran kisah Ki Ageng Kutu, seorang abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Kerajaan Majapahit. Setelah keluar dari kerajaan, dia melatih murid-muridnya belajar kanuragan dengan menggunakan media permainan barongan.
Ada sumber yang mengatakan bahwa penggunaan reog adalah bentuk sindiran Ki Ageng Kutu pada Raja Brawijaya V, yang dianggap tunduk pada istrinya. Karena itulah reog digambarkan sebagai sosok singa yang ditunggangi oleh merak.
Walaupun belum bisa dibuktikan dengan pasti, tindakan ini kemudian dianggap sebagai pengkhianatan sehingga Raja Brawijaya mengutus Raden Katong dan Bathara Katong untuk mengalahkan Ki Ageng Kutu. Raden Katong dan Bathara Katong pada akhirnya menang dan keberhasilan itu dirayakan dengan pesta dengan tarian reog yang asal katanya adalah Riyokun (khusnul Khotimah).
Itulah ulasan tentang asal usul Reog Ponorogo yang selama ini dipercaya oleh masyarakat. Versi-versi di atas menyebutkan Nusantara sebagai setting peristiwa, sehingga menguatkan dugaan bahwa kesenian ini memang benar-benar asli Indonesia. Bagaimana pendapatmu?
Asal usul Reog Ponorogo (via MTs NF Kemuning)