Belakangan, warga Twitter ramai memperdebatkan tentang mie yamin. Hal ini bermula setelah salah satu netizen mengomentari kedai penjual mie yamin di Yogyakarta dengan menyebut punya cita rasa yang tidak lebih baik dibandingkan dengan mie yamin yang dijual di kota asalnya, Bandung. Sontak saja, netizen ramai ikut memberikan komentar.
Memang, mie yamin sangat populer di Bandung, Jawa Barat dan mudah sekali ditemui. Tapi, hidangan ini juga begitu terkenal di Yogyakarta. Lalu, dari mana asal mula mie yamin yang sebenarnya? Sebelum itu, ini perbedaan antara mie ayam dan mie yamin yang perlu diketahui. Simak ya!
Cara membedakan mie ayam dan mie yamin sebenarnya cukup mudah. Mie yamin memiliki warna yang lebih gelap atau kecoklatan karena ditambah dengan bumbu kecap manis terlebih dulu, sehingga rasanya sudah manis tanpa perlu tambahan kecap lagi di akhir penyajian.
Tidak hanya itu, bentuk mie yamin juga cenderung lebih kecil dan tipis, meski teksturnya tetap kenyal. Biasanya, mie yamin disajikan kering tanpa kuah. Sajian mie yamin juga dilengkapi suwiran ayam, sayur sawi, dan irisan daun bawang. Bisa juga ditambah bakso, pangsit rebus dan pangsit goreng.
Belakangan, banyak kreasi mie yamin bermunculan yang dibuat dengan racikan yang lebih kekinian. Seperti ditambahkan chili oil (minyak cabe) dan disajikan dengan aneka topping. Terlepas dari itu, ternyata mie yamin bukan berasal dari Bandung atau Yogyakarta.
Asal-usul yamien justru berasal dari Cirebon. Konon, mie yamin diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950-an oleh keluarga Suwandi yang merupakan pemilik tempat makan mie yamien tertua di Cirebon. Selama 70 tahunan, tempat makan mie yamien tertua itu masih eksis.
Mie Yamin (Pikiran Rakyat)
Berawal dari menjajakan dengan gerobak pikul dan menawarkan keliling kampung, kini Suwandi sudah membuka gerai dan memiliki lima gerobak mie yamin untuk dijual keliling oleh karyawannya. Suwandi sendiri baru menekuni usaha tersebut di tahun 1965. Dia meneruskan usaha warisan keluarganya.
Dikutip dari Liputan6, awalnya Suwandi ikut orangtuanya berjualan mie yamin. Di mana, sang ayah ketika itu membantu usaha kakaknya yang menikah dengan keluarga peranakan Tionghoa. Namun akhirnya, usaha tersebut diteruskan kepada Suwandi dan diturunkan lagi pada anak-anaknya sampai saat ini.
Wandi mengaku saat itu seluruh proses produksi mie yamien dibuat manual. Bahkan, mi terbuat dari beras yang ditumbuk halus bernama mi sua bukan dari tepung terigu seperti saat ini. Setelah ditumbuk halus, beras kemudian dirajang sampai menjadi mie. Demikian juga bakso dibuat dengan cara manual tanpa mesin.
Kedai Mie Ayam Suwandi, Cirebon (Liputan6)
Namun seiring berjalannya waktu, Suwandi mengaku ada perubahan rasa dari mie yamin yang dijual dulu dan sekarang. Dahulu rasa mie memiliki rasa asin dan tidak terlalu manis karena dibuat dengan tumbukan beras. Selain itu, dulu mie yamin juga dimasak menggunakan arang. Meski begitu, Suwandi mengatakan cita rasa mie yamin miliknya tidak berubah.
Mie yamin kemudian ditawarkan di Bandung, salah satu yang legendaris adalah Rumah Makan Linggarjati yang ternyata juga berdiri di tahun 1950-an. Sajian yamien di sini sangat nikmat dengan topping olahan ayam manis gurih. Setelahnya, ada Mie Naripan yang sudah berdiri sejak tahun 1965-an. Menu yang ditawarkan sangat beragam, ada yamin asin maupun yamin manis.
Mie Yamin Linggarjati Bandung (GoTravelly)