Desa di Jawa Timur Ini Dijuluki Kampung Madinah, Begini Sejarahnya

Desa di Jawa Timur Ini Dijuluki Kampung Madinah, Begini Sejarahnya.

Sebuah desa bersama Temboro di Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur memiliki ciri khas yang unik dibandingkan desa-desa lainnya.Desa ini mendapat julukan Kampung Madinah. Tentu penyebutan itu bukan tanpa alasan. Apakah kampung tersebut punya kemiripan dengan kota Madinah di Arab Saudi?

Dilansir dari beberapa sumber, Desa Temboro berjuluk Kampung Madinah karena sejak dulu mayoritas warganya mengenakan pakaian layaknya penduduk Arab Saudi. Misalnya untuk laki-laki memakai pakaian gamis panjang sampai mata kaki atau biasa disebut thobe, sedangkan perempuan memakai abaya hitam hingga cadar untuk menutupi wajahnya.

Sebutan sebagai Kampung Madinah sudah ada sejak tahun 1980-an. Apalagi desa ini memiliki 4 Pondok Pesantren untuk para santri yang ingin mendalami agama Islam. Jumlah Pondok Pesantren ada 4 tentu terbilang banyak apalagi keempatnya berdiri dalam satu kawasan desa yang luasnya tidak begitu besar.

Pondok Pesantren yang berada di Kampung Madinah adalah Al Fatah, Al Qodir, Roudhotut Tholibin, dan Darul Muttaqin. Keempat Pondok Pesantren memiliki jumlah santri yang sangat banyak karena tidak sedikit yang berasal dari desa tetangga atau daerah lain yang berada di Magetan. 

Jika dihitung jumlah santri lebih banyak dibanding jumlah penduduk desa karena total ada 25 ribu santri. Santri paling banyak ada di Pondok Pesantren Al Fatah dengan jumlah belasan ribu santri. Sementara total jumlah penduduk di Desa Temboro cuma 7.500 orang. Jadi nuansa agama Islam sangat jelas terlihat di desa itu.

Di Desa Temboro juga ada tempat untuk berjualan para pedagang. Banyak yang menjual pakaian dan makanan. Mereka para pedagang sangat rajin beribadah. Ketika azan berkumandang pada siang hari, seperti azan dzuhur dan ashar, mereka akan berhenti berjualan dan menutup toko mereka untuk melakukan salat berjamaah di masjid.

Desa di Jawa Timur Ini Dijuluki Kampung Madinah, Begini Sejarahnya (Kompas.com)

Selain berjualan pakaian muslim, warga asli desa khususnya laki-laki banyak yang menyediakan jasa transportasi berupa becak motor. Biasanya banyak keluarga santri menggunakan kendaraan itu saat hendak mengunjungi anak atau kerabat mereka yang menjadi santri di Pondok Pesantren. Sementara untuk ibu-ibu asli desa membuka warung nasi.

Di dalam lingkungan pesantren terdapat lahan yang biasa digunakan untuk pacuan kuda, tempat unta, dan lapangan untuk memanah. Wah benar-benar mirip banget dengan Arab Saudi karena ada unta di desa tersebut. 

Desa di Jawa Timur Ini Dijuluki Kampung Madinah, Begini Sejarahnya (Antaranews)