Pendiri Microsoft Bill Gates menyebut nyamuk sebagai hewan paling berbahaya di dunia. Karena nyamuk membunuh banyak orang dari berbagai penyakit seperti demam berdarah, demam chikungunya, malaria, gading.
Dia menulis ini di blog pribadinya yang berjudul 'Bisakah kita mengalahkan hewan paling berbahaya di dunia?'. Dalam blog tersebut ia juga menceritakan tentang kisah suksesnya 'pengembangbiakan nyamuk' di Jogja, Indonesia.
# Pabrik Pengembangbiakan Nyamuk di Indonesia
Bill Gates membahas pengembangbiakan jutaan nyamuk di laboratorium dan kemudian secara tidak sengaja melepaskannya. Bakteri Wolbachia yang tertelan akan menyebar sehingga dapat membersihkan penularan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
Bill Gates menulis, “Nyamuk yang lahir di pabrik itu memiliki bakteri yang disebut Wolbachia yang mencegah mereka menularkan demam berdarah dan virus lain seperti Zika, Chikungunya, dan lainnya ke manusia.”
Ia juga pernah berkunjung ke Jogja yang merupakan salah satu pusat penelitian nyamuk Wolbachia. Ia mengunjungi laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM) 8 tahun lalu.
Bill Gates saat berkunjung ke UGM, Jogja (ugm.ac.id)
“Ini merupakan eksperimen World Mosquito Program yang bekerja untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dan penyakit lainnya yang terjadi di Yogyakarta. Yayasan kami mendanai penelitian ini. Pada tahun 2014, saya mengunjungi Yogyakarta untuk melihat peluncurannya. Masuk. Kerja,” tulisnya.
# Peneliti Menyangkal Didanai oleh Bill Gates
Peneliti nyamuk berwolbachia dari World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM membantah proyek tersebut didanai oleh yayasan milik Bill Gates.
Yayasan yang mendanai penelitian di Yogyakarta ini didanai sepenuhnya oleh Yayasan Tahija, bukan yayasan Bill Gates,” kata Riris dalam keterangan tertulis yang diperoleh. Jawa Tengah KeduaSelasa (23/8/2022).
Bill Gates ketika mencoba melepas nyamuk demam berdarah (inet.detik.com)
“Kegiatan pengendalian kasus DBD dengan nyamuk berwolbachia oleh WMP di Kota Yogyakarta adalah penelitian atau studi, bukan eksperimen,” ujarnya.
Serah terima bantuan Yayasan Tahija (news.harianjogja.com)