Jangan Pernah Menikah Kalau Belum Siap Lahir Batin! Begini Hadisnya dalam Islam

Jangan Pernah Menikah Kalau Belum Siap Lahir Batin! Begini Hadisnya dalam Islam

Menikah merupakan sunnah Nabi yang dianjurkan oleh agama. Menikah menjadi salah satu bentuk ibadah agar terhindar dari perbuatan maksiat.

Rasulullah Saw. bersabda, “Hai para pemuda! Barang siapa di antara kalian sudah mampu (lahir-batin) untuk menikah, segeralah menikah karena menikah lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun, barang siapa belum mampu, berpuasalah karena puasa bisa menjadi perisai (dari perbuatan keji).” (H.R Bukhari).

Hadis di atas menjelaskan bagaimana umat Muslim dianjurkan menikah bagi yang telah mampu secara lahir dan batin. Jika cuma siap lahir tapi belum pada batinnya karena tidak siap menerima segala cobaan pernikahan, maka jangan pernah memutuskan menikah.

Begitu pun sebaliknya. Jika hal itu terjadi, maka bukan kebahagiaan yang akan diperoleh, melainkan hanya tekanan batin saja.

Itu sebabnya, banyak orang yang belum siap menikah karena kedua hal tersebut. Beberapa mungkin sudah ada cukup secara ekonomi, tapi belum siap menikah karena alasan lain. Entah itu karena masih dalam fase pendidikan, ingin membahagiakan orang tua atau fokus membiayai keluarga.

Seperti bentuk ibadah lainnya, pernikahan harus dijalankan dengan penuh khidmat dan tenang. Sebab, menikah bukanlah seperti lomba balap karung yang ditentukan dengan kecepatan siapa yang akan menjalaninya. Karena siapa saja bisa menyegerakan pernikahan jika sudah siap lahir batin.

Rasulullah Saw pernah memiliki sahabat yang sering melawan naluri karena mereka menolak dunia, tak mau  menikah dan melakukan kerahiban.

Ilustrasi pasangan menikah (pexels.com)

Rasulullah pun langsung menegur mereka dan bersabda, “Sungguh, orang-orang sebelum kalian binasa karena keras terhadap mereka sendiri, sehingga Allah pun keras terhadap mereka. Itulah sisa-sisa mereka, berada di wihara-wihara dan tempat pertapaan. Karena itu, beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya, berhaji dan berumrahlah, serta istikamahlah, niscara Allah akan tetap dan selalu bersama kalian.” (H.R. Abdur Rozzaq, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mundzir).

Seperti yang disampaikan Nawaf al-Jarrah (2013), para sahabat pun ada yang berlomba ingin menyaigi kehebatan ibadah Nabi, seperti berpuasa sepanjang masa dan tidak melampaui batas dengan menjauhi lawan jenis dan tidak menikah.

Rasulullah pun menegur mereka dan bersabda, “…. demi Allah, aku orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya. Tapi, aku berpuasa dan tetap berbuka, shalat dan juga tidur, dan aku menikahi perempuan. Barang siapa yang membenci sunnahku berarti dia bukan dari golonganku.” (Al-Bukhari, VII/2).

Ilustrasi pasangan menikah (pexels.com)