Weekend atau akhir pekan merupakan hari libur. Di mana, setiap masyarakat bisa rehat sejenak dari pekerjaannya di hari Sabtu dan Minggu untuk refreshing dan bersenang-senang dengan keluarga, saudara, sampai teman-teman. Tapi pernahkah kamu tahu dari mana asal istilah weekend dan bagaimana sejarahnya dua hari tersebut ditetapkan jadi hari libur? Berikut penjelasannya!
Perlu diketahui, kata ini berasal dari Bahasa Inggris yakni gabungan kata week (yang artinya minggu) dengan end (yang artinya akhir). Jadi kalau disederhanakan artinya ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah akhir pekan. Dalam budaya Barat biasanya hari yang dimaksud adalah hari Sabtu dan Minggu.
Dikutip dari Phinemo, pemilihan Sabtu dan Minggu ini pun tidak lepas dari sejarah bangsa Romawi Kuno. Dahulu, bangsa Romawi Kuno yang berpusat di Italia menguasai banyak negara Eropa seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Portugal. Saat berkuasa, bangsa Romawi Kuno percaya bahwa Minggu adalah hari baik untuk ibadah.
Minggu juga merupakan hari suci dan hari yang baik bagi kaum Nasrani. Bangsa Romawi Kuno punya kebiasaan menandai hari Minggu dan hari penting lainnya dengan warna merah. Pengaruh bangsa Romawi Kuno inilah yang akhirnya menyebar ke negara-negara kekuasaannya di Eropa, salah satunya adalah Belanda.
Seperti yang diketahui, Belanda pernah menguasai Indonesia selama ratusan tahun. Dalam kurun waktu tersebut, tradisi hari libur yang diperoleh Belanda dari bangsa Romawi Kuno juga menurun ke Indonesia. Sejak saat itu, hari Minggu pun ditetapkan sebagai hari libur untuk pekerja Indonesia. Sekarang, tradisi tersebut tetap dipertahankan.
Akan tetapi, BBC sempat memberikan pendapat yang berbeda. Mereka mengungkapkan adanya Sabtu dan Minggu sebagai akhir pekan berangkat dari kebiasaan orang Babilonia 4.000 tahun lalu. Mereka meyakini 7 planet yang membentuk tata surya membuat nomor tersendiri yang dianggap begitu suci sehingga memengaruhi penentuan hari bagi penduduk di Babilonia.
Foto: Weekend (BBC)
Konsep ini juga ditemukan pada masyarakat di Timur Tengah dan Eropa. Pada abad ke-19 di Inggris, Minggu diyakini sebagai hari yang suci sehingga diharapkan tidak digunakan untuk bekerja. Konsep ini meyakini orang-orang yang menghabiskan waktu luang mereka di hari itu untuk hal-hal bersifat spiritual adalah sesuatu yang mulia.
Akan tetapi, para pekerja di era tersebut pernah menjadikan Senin sebagai hari libur sebagai sebuah tradisi. Jadi mereka menetapkan Minggu dan Senin sebagai libur kerja. Namun ternyata, hal ini tidak mendatangkan keuntungan bagi industri. Sebaliknya, produktivitas justru menurun. Akhirnya, para pemilik pabrik berinisiatif menukar libur di hari Senin menjadi hari Sabtu, tapi hanya setengah hari.
Artinya Sabtu tetap masuk bekerja, namun tidak dalam waktu penuh. Dengan begitu, ketika Senin tiba para pekerja akan memiliki semangat yang penuh. Seiring berjalannya waktu, hari libur berubah tidak hanya setengah hari Sabtu dan hari Minggu, namun di dua hari itu secara penuh, utuh. Sampai akhirnya, diperkenalkan lah konsep bekerja 5 hari dalam sepekan.
Foto: Weekend (Phinemo)