Perempuan Harus Waspada, Ini Bahaya Glass Ceiling bagi Kesehatan Mentalmu

Glass ceiling adalah fenomena penghambat yang kerap terjadi pada perempuan ketika ia di tempat kerja. Seberapa besar bahayanya? Yuk simak!

Sesuai dengan namanya, glass ceiling  berarti sebuah penghalang yang tidak terlihat seperti kaca. Fenomena ini kerap kali terjadi di tempat kerja karena keterlibatan bias budaya yang dipahami oleh atasan, seperti hal-hal yang melibatkan gender dan ras.

Bentuk diskriminasi yang halus ini tidak hanya memberi efek ketika berada di tempat kerja saja, namun akan menyebar ke semua bidang kehidupan seseorang, meliputi lintasan karier, status, hingga potensi penghasilan seumur hidup. Tentu saja ini tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan fisik, tapi juga mental.

Sebelum masuk lebih jauh ke poin utama, kamu perlu tahu beberapa contoh kasus yang umum terjadi pada perempuan dan kaum minoritas. Salah satu contohnya adalah seorang perempuan yang telah lama bekerja di sebuah perusahaan sulit mendapatkan promosi naik jabatan dan gaji dengan alasan gender.

Selain contoh perlakuan diskriminatif di atas, hal lain yang juga bisa terjadi adalah pelecehan seksual ketika perekrutan hingga lingkungan tempat kerja yang tidak bersahabat. Hal-hal semacam ini terjadi karena paham yang telah lama diyakini oleh atasan atau lingkungan kerja dan merasa bahwa mereka punya kekuatan dan suara yang lebih besar dibandingkan perempuan dan minoritas.

Glass Ceiling (via Forbes)

Realitas glass ceiling dalam lingkungan kerja memberi dampak buruk bagi kesehatan mental. Sebuah penelitian pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa glass ceiling memberi dampak langsung pada tingkat stres karyawan perempuan.

Keraguan diri, rasa terisolasi, benci, amarah, akan berkembang menjadi stres kronis yang menyebabkan berbagai masalah buruk lainnya. Contohnya, sifat cepat marah, masalah tidur, sedih yang berlarut, hingga gangguan kecemasan.

 

Glass Ceiling (via Everyday Health)

Studi lain juga menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki gangguan kecemasan dan depresi karena glass ceiling  dibanding laki-laki. Rasa putus asa, kehilangan minat dalam aktivitas, khawatir berlebihan, dan sebagainya.

Glass Ceiling (via Ray Williams)