Percaya gak, orang yang sering mengumpat tuh biasanya cerdas? Padahal, tiap kali denger ada orang yang mengumpat alias 'ngomong kotor', orang itu bisa dihakimi kalo dia tempramen atau gak beradab. Gak sopan! Mulutnya gak pernah disekolahin!
Karena itu, orang yang sering mengumpat diidentikkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah. Logis juga sih pendapat itu... ya bisa dianggep lah, dia pemarah dan gak punya kata-kata lain untuk mengungkapkan kekesalannya.
Ternyata, hasil studi psikologi malah pernah mengungkap sebaliknya tuh. Studi tersebut membuktikan bahwa orang yang sering mengumpat sebenernya malah cerdas.
Kalo gitu, percaya gak, orang yang suka mengumpat tuh biasanya cerdas? Simak alasannya....
Alasan pertama
Orang yang sering mengumpat dianggap gak punya kosakata lain. Jadi kalo kesel, ya mereka cuman bisa mengungkap itu. Hmm... padahal sebaliknya lho.
Pilihan kata yang mereka bukannya terbatas, tapi malah tak terbatas gengs. Padahal ya, kosakata tuh ya itu-itu aja kan.
Studi tentang aktivitas 'misuh-misuh' ini menunjukkan bahwa orang yang suka mengumpat justru punya pengetahuan kosakata yang lebih tinggi ketimbang orang biasa.
Makanya para pelakunya kerap mendapat stigma kasar atau tabu. Sebenernya, umpatan tidak berkaitan dengan kebodohan. Gokilnya, kata penelitian itu, mereka yang suka mengumpat malah punya cadangan kata-kata yang banyak. Itu fakta dan tak terbantahkan.
Gak pernah kehabisan kata-kata = cerdas! (express.co.uk)
Alasan kedua
Orang yang sering mengumpat ternyata punya pemahaman yang baik atas konteks pemakaian kata-katanya. Nah, kecerdasan seseorang yang suka ngomong hal-hal yang dianggap kasar ini sebenernya keliatan dari kreativitasnya kok.
Untuk mengungkapkan kata seperti "anjing!" atau "monyet!" misalnya, itu sebenernya gak merujuk pada artian yang kasar atau negatif. Mereka kan cuman hewan. Tapi asosiasinya yang bikin mirip.
Dengan begitu, orang yang sering ngomong kasar ya bukan kurang otaknya. Mungkin, itu cuman perkara sopan santun aja. Tapi sopan santun di tiap daerah di dunia ini, di mana pun, kan beda-beda. Pikir lagi deh.
Ngomong kotor (fakingnews.com)
Alasan ketiga
Kecerdasan orang yang suka mengumpat juga keliatan kok. Mereka punya kecenderungan sikap yang gak selalu ngikutin anggapan umum. Apalagi kalo cuman demi nyenengin orang lain.
Mereka yang gemar bicara kasar begitu gak segan lho mengekspreskan ketidaksukaannya terhadap sesuatu Tapi itu dari sudut pandangnya. Intinya, mereka malah jujur dan gak ada yang ditutup-tutupin.
Maka dari itu, biasanya mereka juga orang yang percaya diri. Mereka gak butuh persetujuan orang lain untuk gak suka akan sesuatu. Ini cerdas namanya.
Jujur, terbuka, apa adanya (mundoseguros.net)
Alasan keempat
Kenapa mereka yang suka bicara kasar disebut cerdas? Soalnya, mereka jelas adalah pelanggar aturan tak tertulis yang berlaku. Mereka keliatannya aja bandel, ndablek, gak bisa dibilangin.
Di sisi lain, mereka adalah orang-orang pemberontak yang gak mau dikekang dengan peraturan tersebut. Misalnya, udah berulang kali dikasih tau untuk gak melakukan itu, dia tetep melakukannya. Udah gitu, keluar lah kebon binatang dari mulutnya.
Kalo kayak gini masih belom bisa dianggap cerdas, kita bisa keliru gengs. Soalnya, mereka keluar dari pakem-pakem disiplin yang diterapkan dalam masyarakat. Mereka itu fleksibel. Jadi, jangan ikut-ikutan ngomel dan mengumpat juga ya kalo kalian nganggep mereka bodoh.
Kadang suka ndablek kalo dibilangin (shutterstock.com)
Alasan kelima
Orang yang sering mengumpat itu disebut emosinya meluap-luap. Dan mengumpat adalah ungkapan emosi yang paling jelas. Kalo seseorang sering mengumpat, berarti dia gak pernah malu sama perasaannya sendiri.
Itu cara mereka bersosialisasi. Mengumpat itu wajar kok, kan jujur, gak ada perasaan yang disembunyikan. Dalam hal ini, jadi semakin jelas kalo para pengumpat biasanya emang orang cerdas. Temennya juga banyak.
Kenapa? Mereka bisa memilih teman yang jujur pula. Pilih-pilih temen dari sekarang, daripada yang keliatannya jujur di depan doang. Giliran kita bikin salah dikit malah diejek, disalah-salahin, dihakimi paling bersalah. Males! Mending yang ceplas-ceplos tapi jujur kan?
Ceplas-ceplos deh kalo ngomong (naszswiat.it)
Alasan keenam
Orang yang sering ngomong kotor terbiasa mengeluarkan emosinya. Saat itu juga! Dan karena itu, mereka jadi punya cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Para penggemar ngomong kotor ini gak suka ada di tempat yang gitu-gitu terus. Mereka gemar akan perbedaan dan perubahan. Kalo di situ-situ terus, mereka pasti bosen, jenuh, dan akhirnya... ngomong kotor juga.
Ini adalah sebentuk kecerdasan lainnya. Jadi, mereka bisa dikatakan cerdas karena gak akan memendam emosinya lagi. Mereka cukup berucap kotor aja dan rasa sakitnya hilang sudah. Kelar dah.
Ngomel-ngomel, sampe KZL-nya ilang (cheatsheet.com)
Alasan ketujuh
Mereka yang gemar berucap kotor juga gak takut dengan perubahan. Mereka gak segan mengekspresikan diri dengan cara yang tabu sekalipun. Pokoknya, mereka adalah orang-orang yang terbuka dan siap untuk belajar hal-hal baru.
Para pengumpat biasanya punya tipe kepribadian terbuka, ekstrovert lah. Mereka akan berbagi tentang pengalaman hidupnya dan gak akan sungkan untuk cerita kepada siapa pun.
Lebih jauh, orang-orang model begini yang terbuka dalam bersikap bakal mengambil pelajaran dari kehidupan. Mereka punya perspektif sendiri dan gak takut pula untuk belajar. Mereka pasti bisa jadi yang terdepan dalam berbagai bidang. Keren kan?!
Karena telanjur sering dinilai buruk oleh lingkungannya, para pengumpat kerap disepelekan. Padahal, percaya gak, orang yang sering mengumpat tuh biasanya cerdas? Dari alasan-alasan di atas, kayaknya cukup jelas sih, njing! #eh
Ya udah, kelar gitu, terus jalan lagi deh (pexels.com)