Ngeri! Inilah Psikopat Paling Sadis di Indonesia, Bunuh 42 Wanita dan Lakukan Ritual Menjijikkan Sebelum Ditumbalkan

Ngeri! Inilah Psikopat Paling Sadis di Indonesia, Bunuh 42 Wanita dan Lakukan Ritual Menjijikkan Sebelum Ditumbalkan

Beberapa waktu yang lalu, nama Reynhard Sinaga disebut sebagai psikopat dan predator seks tersadis dalam sejarah Inggris dan sempat menggemparkan publik. 

Namun jauh sebelum Reynhard Sinaga, masih dari Indonesia, ada beberapa tokoh psikopat yang kisahnya juga tak kalah sadis. Mulai dari kisah Ryan Jombang di tahun 2008, Robot Gedek di tahun 1996, Rio Martil di tahun 1997 sampai 2001, Dukun Asep di tahun 2007, hingga Dukun AS alias Ahmad Suradji di tahun 1980-an.

Penasaran seperti apa kesadisan mereka? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

Very Idham Henyansyah atau lebih dikebal dengan Rian Jombang membunuh dan memutilasi 11 korbannya dan sebagian jasad mereka dikubur dikolam belakang rumahnya.

Sebelum berita tersebut viral, publik tanah air juga sempat dibuat heboh pada tahun 1996 ketika Siswanto alias Robot Gedek membunuh dan memutilasi 12 orang anak dibawah umur yang sebelumnya disodomi oleh si Robot Gedek tersebut. Sekarang Robot Gedek dan Ryan Jagal Jombang dicap sebagai pembunuh paling kejam di Indonesia.

Namun sebelum 'era' mereka berdua dan beberapa pembunuh sadis lainnya, ada satu orang pembunuh berantai yang dinobatkan benar-benar bengis di Indonesia, yakni Ahmad Suradji. 

Namanya memang terdengar asing ditelinga masyarakat Indonesia. Bahkan mungkin ada yang baru pertama kali mendengarnya sekarang. Diketahui, Ahmad Suradji lahir 10 Januari 1949 di Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ahmad Suradji terlahir dengan nama asli Nasib dan kerap dipanggil Nasib Kelewang karena sering mencuri Lembu menggunakan Kelewang hingga akhirnya dipenjara. Ketika bebas dari penjara, baru Nasib menyandang nama Ahmad Suradji.

Dirinya kemudian mendapat julukkan baru 'Datuk' setelah ia menikahi tiga wanita kakak beradik kandung dan tinggal serumah dengan mereka hingga dikaruniai sembilan orang anak. Keanehannya nggak cukup sampai di situ. Kegilaannya dimulai pada tahun 1986.

Suatu malam saat Suradji tidur, ia bermimpi didatangi mendiang ayahnya. Dalam mimpi tersebut ayahnya yang dulu berprofesi sebagai dukun mewariskan sebuah ilmu sakti kepadanya.

Ahmad Suradji, Pembunuh Berantai Paling Sadis di Indonesia

Namun ada syarat untuk menguasai ilmu ini. Suradji harus menumbalkan 72 nyawa wanita. Bukan cuma itu, ia juga harus melakukan ritual meminum air liur korbannya yang hendak ditumbalkan.

Suradji yang sejak berusia 12 tahun sangat terobsesi dengan ilmu perdukunan kemudian menggunakan kedok sebagai Dukun AS (Ahmad Suradji) untuk mempermulus aksinya.

Suradji kemudian segera melaksanakan syarat tersebut walau awalnya bimbang. Satu persatu wanita ditumbalkan oleh Suradji, dibunuh secara keji. Cara membunuhnya pun beragam tapi yang pasti ia selalu melakukan ritual menjijikkan sebelum menghabisi nyawa korbannya dengan meminum air liur dan mempreteli harta benda mereka.

Sebelas tahun sudah Suradji melakukan kegilaan biadab itu dan berhasil menyembunyikan segala perbuatannya dari masyarakat maupun pihak berwajib. Hingga akhirnya tibalah suatu sore di tanggal 27 April 1997.

Desa Sei Semayang, Deli Serdang tempat Suradji tinggal mendadak gempar ketika ditemukan sosok mayat wanita tanpa busana di kebun tebu. Warga kemudian berbondong-bondong datang untuk melihat mayat siapakah itu. Keadaan semakin memanas ketika ada seorang wanita desa bernama Sri Kemala Dewi (21) hilang sejak tiga hari terakhir. Benar saja, ternyata mayat itu adalah Sri Dewi.

Ahmad Suradji, Pembunuh Berantai Paling Sadis di Indonesia (Liputan6.com)

Mendapati kasus tersebut, Kepolisian Mapolsek Sunggal segera menerjunkan para aparatnya untuk mengendus apa, siapa, dan bagaimana mayat Dewi bisa sampai disitu.

Sebelum menghilang Dewi sempat dikabarkan bertengkar dengan suaminya, Tumin. Orang tua Dewi dan warga menuding Tumin pelaku pembunuhan istrinya sendiri. Polisi lantas menahan sementara Tumin untuk dimintai keterangan.

Polisi tidak serta merta langsung menetapkan Tumin sebagai tersangka dan masih melakukan penyelidikan karena beberapa tahun sebelumnya pernah ditemukan juga mayat wanita di ladang tebu.

Kasus sempat dihentikan karena tidak adanya bukti kuat. Akan tetapi secercah titik terang datang ketika seorang warga desa bernama Andreas berujar dirinya mengantarkan Dewi ke rumah dukun Ahmad Suradji untuk berkonsultasi dihari menghilangnya wanita itu.

Polisi kemudian menindaklanjuti laporan tersebut dan mendatangi rumah Suradji untuk menanyainya perihal Dewi. Suradji mengakui bahwa Dewi memang datang ke rumahnya untuk berkonsultasi dan selepas maghrib wanita itu pulang ke rumahnya. Tak cukup bukti untuk menangkap Suradji, kasus dihentikan.

Polisi tak menyerah, satu persatu laporan orang hilang mereka dalami beberapa tahun terakhir. Nyatanya banyak orang dilaporkan hilang yang kebanyakan pasien Suradji.

Tanpa menunggu waktu lama, polisi langsung menggerebek dan menggeldah rumah Suradji. Disana mereka menemukan pakaian dan perhiasan wanita yang salah satunya milik Dewi. Suradji dan ketiga istrinya kemudian dibekuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Lewat proses interogasi panjang, Suradji mengaku dirinya memang membunuh Dewi, didesak lagi oleh polisi ia mengakui sudah membunuh 16 wanita, didesak lagi Suradji berujar dia sudah menghabisi nyawa 42 orang wanita! Dalam aksinya, Suradji dibantu oleh salah satu istrinya yang bernama Tumini. 

Atas perbuatannya tersebut, pengadilan menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Suradji dan Tumini divonis penjara seumur hidup. Pada 10 Juli 2008 pukul 22.00, eksekusi mati dilakukan oleh pihak berwenang. Tiga buah peluru dilesakkan ke dada Suradji, mengakhiri riwayat pembunuh paling bengis di Indonesia itu.

Deretan Orang dengan Julukan Pembunuh Sadis di Indonesia (Liputan6.com)