Kepala Staf TNI Angkatan Darat atau KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman ingin membangkitan semangat Babinsa TNI atau Bintara Pembina Desa (Babinsa). Babinsa akan dimaksimalkan untuk mengantisipasi gerakan radikalisme.
Lalu seperti apa sejarah Babinsa di Indonesia? Dilansir dari Kompas.com, Babinsa terbentuk pada 1963 ketika pemerintahan Orde Lama yang dipimpin Presiden Soekarno masih berkuasa di Indonesia.
Saat itu Babinsa masih disebut sebagai Bintara Pembina. Babinsa muncuk karena faktor politik yang saat itu sedang panas dan berkecamuk di sebagian wilayah Indonesia. Kebetulan tahun 1963 sudah banyak paham komunisme yang mulai masuk di Indonesia, maka Soekarno kala itu meminta Babinsa untuk mencegah penyebaran komunisme.
Jika Babinsa berfungsi mencegah komunisme di era orde lama, namun berbeda saat pemerintahan orde baru atau saat Soeharto memimpin. Babinsa menjadi alat politik yang sangat penting.
Misalnya ketika Babinsa diminta mengkordinasikan Partai Golongan Karya atau Golkar saat memasuki masa kampanye hingga Pemilihan Umum atau Pemilu. Pernah juga ada anggota Babinsa yang gugur ketika mengantarkan logistik untuk kampanye Partai Golkar Belum tahu siapa sosok yang diduga membunuh anggota Babinsa tersebut.
Babinsa TNI (Merdeka)
Namun pada era reformasi sekarang, fungsi Babinsa jelas berbeda. Menurut Kapuspen TNI, Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan jika Babinsa adalah orang pertama dari barisan TNI yang langsung turun ke tempat kejadian, jika terjadi bencana alam, gempa bumi, hingga banjir. Bahkan ada kejadian terkait kasus hukum seperti transaksi gelap dan kedatangan kapal asing.
Babinsa TNI harus bisa tinggal di tengah warga dan dekat dengan seluruh warga. Bila ada orang asing dan tidak dikenal di wilayahnya, maka anggota Babinsa harus bisa segera menyelidikinya agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan wilayah tersebut.
Anggota Babinsa TNI (KR Jogja)