Setelah warganet Indonesia ramai membahas suhu dingin, sekarang ada lagi pembahasan heboh terbaru soal surya pethak, alias matahari putih.
Katanya sih, fenomena ini adalah ramalan dari Sabdo Palon Noyo Genggong yang mengartikan kiamat sudah semakin dekat. Lalu, apa sih arti dari fenomena ini yang sebenarnya?
Oh iya, sebelum membahas lebih jauh, sedikit informasi kalo ternyata kehebohan ini sudah terdengar di LAPAN, lho. Salah satu penelitinya pun ada di bagian Pusat Sains Antariksa, Ande Pangerang, yang sempat membaca soal isu ini.
Konon katanya, surya pethak itu adalah sebuah tanda akan akhirnya zaman dari yang lama ke baru. Surya pethak sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang artinya matahari putih. Ada pula yang memaknainya sebagai kondisi di siang hari yang persis seperti senja atau malam hari. Nah, ketika terbit inilah matahari bakal tampak lebih kemerahan.
Akan tetapi saat tenggelam, matahari justru akan berubah menjadi lebih putih. Sedangkan di tengah hari, sinar matahari gak akan terlalu terik karena tertutup oleh awan.
Ilustrasi surya pethak (via boombastis)
Menurut ramalan dari Sabdo Palon Noyo Genggong, disebutkan bahwa fenomena matahari ini bakal berlangsung dari 7 hingga 40 hari. Efeknya adalah suhu permukaan bumi bakal menurun dan tumbuhan menjadi sulit untuk tumbuh.
Selain itu, manusia juga bakal sulit untuk mendapatkan bahan makanan karena tumbuhan yang gak berkembang.
Ilustrasi musim kemarau (via kompas)
Andi juga menjelaskan kalo fenomena ini sebenarnya udah sering terjadi di musim hujan. Sebab, di musim hujan awan bakal lebih banyak menutupi langit. Selain itu, apabla ada fenomena gunung yang meletus, maka hal ini bisa membuat penguapan terjadi dengan tinggi dan awan jadi lebih gampang terbentuk.
Emang sih, beberapa lokasi di Indonesia beberapa hari lalu cenderung gelap alias mendung. Karena kita memang lagi berada di musim kemarau sehingga kalo dikaitkan dengan kondisi surya pethak, bisa jadi gak pas. Yang dimaksud surya pethak disini adalah kondisi kabut awan yang benar-benar menutupi langit bumi sehingga matahari gak kelihatan.
Menariknya lagi, surya pethak ini emang pernah terjadi yaitu sekitar di tahun 1645 hingga 1715. Kala itu, dunia bahkan sempat mengalami ‘zaman es kecil’.
Nah, kalo menurut Andi, fenomena ini kemungkinan besar bakal terjadi lagi dalam waktu dekat. Walau begitu, seandainya ada bencana yang ekstrem seperti gunung berapi meletus dan mengeluarkan banyak abu, sampai-sampai membuat sirkulasi air laut jadi gak keprediksi, kemungkinan fenomena yang mirip surya pethak bisa beneran terjadi.
Ilustrasi kiamat (via cnn)