Sunat atau biasa disebut khitan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk menjaga kesehatan alat kelamin lelaki. Sirkumsi, begitu juga sunat dikenal. Kata Sirkumsi sendiri diambil dari bahasa latin, circum (berarti 'memutar') dan caedere (berarti 'memotong').
Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi meski ada beberapa orang penganut agama selain Islam dan Yahudi juga melakukan sunat pada anak lelaki. Namun, ada satu pertanyaan yang kerap membuat penasaran, ke mana kulit kemaluan lelaki itu setelah di sunat? Dibuang begitu sajakah?
Menjawab rasa penasaran banyak orang, Hadi, seorang mantri sunat pun mengatakan bahwa kulup atau kulit kemaluan setelah seorang disunat ialah dikubur.
"Setelah kulit dipotong, maka kalau saya biasanya dikubur. Bahkan waktu tahun baru kemarin, saya mengubur 540 kulit preputium di belakang rumah saya," ujar Hadi di Klinik Pondok Khitan, Kawasan Joglo, Jakarta Barat, dilansir dari merdeka.com Selasa (29/6/2021).
Dia pun percaya, sebagai seorang muslim manusia dan semua bagian tubuhnya berasal dari tanah dan hakikatnya memang harus kembali ke dalam tanah.
Meski demikian, Hadi mengatakan jika ada juga pasien yang sengaja membawa preputium atau kulup untuk di bawa pulang. Padahal menurut dia, kulit kemaluan telah dipotong dalam proses khitan itu merupakan bagian dari sampah medis, yang penanganannya harus dilakukan secara khusus.
Hadi menjelaskan, untuk penanganan sampah medis tersebut, biasanya ada sejumlah klinik khitan yang telah bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit besar untuk membuang kulup. Sebab kebanyakan rumah sakit saat ini memiliki sistem dan mekanisme penanganannya secara khusus untuk sampah medis.
Dari sisi kedokteran, apa yang dilakukan Hadi dengan mengubur kulit kulup sisa khitan itu merupakan hal yang umum dilakukan. Namun tidak bagi khitan tradisional.
Seorang mantan tukang sunat tradisional biasa disebut bengkong, mengatakan jika umumnya kulit kulup setelah sunat ada yang di kubur atau diminta keluarga pasien.
Ada kepercayaan misalnya oleh orang Betawi, proses penguburan kulup dilakukan secara tradisional. Biasanya kulup akan diminta oleh pihak keluarga untuk kemudian dikubur dengan menggunakan kelapa hijau.
Caranya ialah kulup tersebut dibawa pulang ke rumah kemudian dimasukan di dalam kelapa yang telah dibuka dan selanjutnya di kubur di depan pintu rumah.
Ilustrasi Sunat (KlikDokter)
Ada kepercayaan jika proses penguburan dilakukan dengan cara demikian bertujuan agar kemaluan si anak habis disunat akan terasa adem.
"Orang dulu percaya kalau tradisi itu diyakini bisa membuat penis pasien yang disunat itu bisa merasa adem dan nyaman, serta tidak sakit atau merasa panas," ujar Haji Samlani dilansir dari Merdeka.com saat ditemui di kediamannya, Ciledug, kota Tangerang.
Samlani menuturkan, jika ada kepercayaan bagi mereka yang mengubur kulit kulup bersamaan dengan buah kelapa hijau itu dapat mempengaruhi luka setelah di sunat. Selain itu, ada kepercayaan juga jika air kelapa hijau memang untuk mensterilkan pisau bekas memotong kulit kemaluan.
"Karena ada kepercayaan, air kelapa itu kan steril, suci dan bersih," tutup Samlani.
Ilustrasi Sunat (KlikDokter)