Kisah Bang Yos, Jenderal Kopassus TNI yang Gak Takut Mati Masuk ke Sarang Teroris Sendirian

Kisah Bang Yos, Jenderal Kopassus TNI yang gak takut mati masuk ke sarang teroris sendirian.

Bang Yos, sapaan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, punya kiprah yang besar untuk negeri ini. Bang Yos pernah bercerita tentang upayanya membujuk pemimpin Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang juga anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi.

Tentunya, penyerahan diri Din Minimi kepada Pemerintah RI bukanlah perkara mudah. Bang Yos bahkan termasuk salah satu orang yang berani dan gak takut mati untuk masuk ke sarang teroris itu sendirian.

Kisah Letjen TNI (Purn.) Sutiyoso yang seorang mantan Perwira Tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat ini dimulai pada lima tahun yang lalu. Tepatnya pada 28 Desember 2015 lalu.

Kala itu, Bang Yos menjabat sebagai kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Sebelumnya, Bang Yos mengaku cukup kesulitan untuk bisa bertemu langsung dengan Din Minimi. Apalagi mendapat nomor teleponnya agar bisa bertemu dan berunding.

Tapi, jalan Bang Yos jadi lebih mudah untuk bertemu pentolan teroris itu. Semua juga berkat jasa Juha Christensen, seorang warga negara Finlandia. Akhirnya, Bang Yos pun bisa mendapatkan nomor telepon Din Minimi.

Saat itu, pria yang pernah berdinas di kesatuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat itu membawa misi penting. Misinya tak lain adalah membuat Din Minimi menyerah dan menawarkan amnesti kepadanya atas persetujuan Presiden RI Joko Widodo.

Bang Yos berkisah tentang dirinya yang pernah masuk ke sarang teroris (minews.id)

"Jadi, saya mendapatkan nomor teleponnya Nurdin sebagai komandannya GAM di Aceh itu enggah mudah. Lewat (Juha) Joshua namanya, orang dari Finlandia, saya dapat nomor itu. Saya dikenalkan pertama, terus saya berkomunikasi. Hanya satu urusan kita yaitu amnseti," ujar Bang Yos.

Setelah berkontak, Din Minimi pun setuju untuk bertemu Sutiyoso pada 28 Desember 2015 lalu. Namun, Din Minimi menegaskan bahwa dia hanya mau bertemu dengan Bang Yos seorang, dan hanya di markasnya saja.

Meskipun bisa mengutus anak buahnya, Bang Yos memilih untuk melakukan misi penting itu sendirian. Pasalnya, Din Minimi tidak ingin berundung dengan orang selain Sutiyoso.

"Akhirnya pas tanggal 26 Desember 2015 komunikasi, saya ingin ketemu langsung dengan dia, dia menyanggupi. 'Kita ketemu tanggal 28 Pak, tapi tempatnya di tempat saya Pak'. Oleh karena itu pada saat saya mendarat di Lhoksumawe, saya langsung ketemu dua pejabat Polda dan menjelaskan pengejaran saya membawa misi khusus," cerita Bang Yos.

Din Minimi, pemimpin KKB dan anggota GAM (lokadata.id)

"(Kalau enggak bertemu saya) dia enggak akan mau. Dan yang kedua dalam hitungan saya haqul yaqin enggak apa-apa. Yang paling penting pada saat ketemu kelompok itu adalah menunjukkan muka yang bersahabat, itu yang paling penting," lanjutnya.

Dengan modal nyali besar, Sutiyoso pun berani mendatangi markas Din Minimi dan kelompoknya. Bang Yos sendiri tahu betul risiko yang harus dihadapi ketika masuk ke sarang teroris itu.

Akan tetapi, pria 76 tahun yang pernah menjadi prajurit dan abdi negara itu tetap berani menjalankan misinya.

Keyakinan Bang Yos untuk berunding akhirnya membuahkan hasil. Din Minimi dan kelompoknya pun mau menyerahkan diri. 

Din Minimi pun pulang ke rumahnya di Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Aceh didampingi Bang Yos. Sejalan dengan itu, Din Minimi pun mau melucuti senjata setelah bernegosiasi.

Bang Yos saat berunding dengan Din Minimi di Aceh (liputan6.com)

Dia menyerahkan 15 unit senjata, di antaranya adalah 13 unit senapan AK45, satu unit SS1 buatan Pindad, satu pelontargranat, dan sejumlah amunisi.

"Memang risikonya kan saya bisa dibantai, dan pasti jadi berita besar matinya seorang jenderal atau Kepala Bin. Yang kedua juga bisa disandera ditukar dengan logistik," ungkap Bang Yos.

"Tapi sekali lagi, orang paham jika pernah melakukan seperti itu akan punya keyakinan," tutupnya.

Senjata yang diserahkan Din Minimi dan kelompoknya (antarafoto.com)