Kebayang gak sih yang namanya kawin kontrak itu kan nikah tapi kontrak gitu, kalau udah abis jangka waktunya ya end.
Seperti yang ada di Puncak Bogor, Jawa Barat yang seolah ga ada matinya gengs. Hal ini jelas jadi sisi gelap karena jadi prostitusi berdalih sah yang gak tau sejak kapan hal ini dimulai. Hadeh~
Karena puncak bogor emang mengandung sejuta keindahan emang wajar aja kalau sana didatengi sama turis lokal dan mancanegara. Dan yang paling kerap kesana ya wisatawan asal Timur Tengah.
Katanya, satu daerah yang ramai dikunjungi turis Arab kini berubah nama menjadi Kampung Arab. Keramaian mencapai puncaknya pada bulan Juli hingga September. Bagi warga sekitar, kehadiran turis Timur Tengah meningkatkan roda perekonomian warga. Namun di sisi lain kehadiranya justru membawa aroma nista.
Dilansir dari Jpnn.com, Fenomena kawin kontrak menjadi sisi gelap lain selain prostitusi di kawasan ini. Untuk membuktikanya radarbogor.id coba ikut menelusuri. Mengaku sebagai guide turis, radarbogor.id mulai menelusuri tempat-tempat yang disinyalir dijadikan lokasi penyedia kawin kontrak.
Tapi. gak gampang nemuin wanita yang bersedia menjadi istri kontrak. Baik di kawasan warung kaleng maupun Kampung Ciburial.
Dua kampung yang menjadi tempatya para turis Timur Tengah menghabiskan liburanya. Dua jam mencari, akhirnya ada sedikit informasi. Itu datang dari seorang penjaja vila.
Ia adalah Candra (bukan nama sebenarnya). Warga Desa Ciburial itu mengaku memiliki banyak kenalan wanita yang bisa diajak untuk tinggal bersama. Namun, ia tidak secara gamblang menyebutkan wanita-wanita yang ia tawarkan bisa dikawin kontrak.
Kawin kontrak dilarang negara (Wattpad.co.id)
“Ada. Cuman kalau kawin kontrak kayanya susah sekarang. Cuman nanti dicoba aja ngobrol langsung. Saya hubungi dulu sebentar,” ucap pria paruh baya dengan topi merah itu.
Lima menit, Candra menelepon. Percakapan logat Sunda samar terdengar. Tak lama ia langsung menutup teleponya. “Sebentar ya, paling 20 menitan sampai. Ngopi aja dulu,” ucapnya. Sambil menunggu, Candra menceritakan perihal wanita tersebut. Menurutnya kawin kontrak sudah sangat jarang terjadi. Yang ada sewa. hitunganya per hari.
“Udah enggak ada ijab kabul gitu. Yang ada cuma sewa semingu sampai sebulan,” tuturnya. Tak lama seorang wanita berambut panjang sebahu datang. Dengan mata belo serta hidung mangir. Tingginya sekitar 150 cm.
Ia diantar oleh seorang pria mengenakan jaket kulit hitam agak luntur. Sebut saja namanya Citra. Perkenalan mengawali obrolan kami sebelum menjurus pada kawin kontrak.
Citra mengaku seorang janda 26 tahun beranak satu. Ia tinggal di kawasan Cipanas Cianjur. “Deket tinggalnya di Cipanas. Cuman kalau KTP asli Tugu Utara,” akunya.
Obrolan pun mulai menjurus pada kawin kontrak. Namun Citra tidak langsung mengiyakan. Wanita yang mengenakan kaus cokelat itu hanya menawarkan ditemani beberapa malam. Dengan tarif Rp 1 juta permalam.
“Aduh, kalau langsung aja gimana. Enggak usah kawin kontrak segala,” tawar Citra.
Citraa mengaku masih sedikit trauma dengan kawin kontrak yang ia jalani tiga tahun silam. Dirinya mendapatkan perlakuan kasar dari suami kontraknya.
Ilustrasi (Tribunnews.com)
“Udah lama sih. Cuman masih takut saja. Apalagi enggak ngerti bahasanya. Jadi kalau mau gitu aja,” katanya. Citra menuturkan, kawin kontrak saat ini sudah jarang di kawasan Puncak.
Saat ini lebih pada penjaja seks vila ke vila saja. Atau hiburan malam di kawasan Puncak. “Sebenarnya sudah enggak ada (kawin kontrak, red). Pada trauma soalnya. Jadi paling seperti ini (WTS red). Sewa tiga hari plus vila. Bayar, main, selesai. Susah kalau kawin kontrak, pada enggak mau,” ujarnya.
Nah loh gimana nih menurut kalian gengs? Apakah kalian pernah melihat atau mendengar fenomena tersebut?
Ilustrasi Citra yang trauma(Tribunnews.com)