Kisah Haru Pasangan yang Menikah Tanpa Direstui Negara, Hidupnya Terpaksa Jadi 'Gelandangan'

Kisah haru pasangan menikah tanpa direstui negara. Hidupnya terpaksa jadi 'gelandangan'.

Banyak pasangan ingin menikah. Tapi jika mereka menemukan kendala, mungkin kisah cinta mereka bakal terhalang kalo orang tua mereka sama-sama tidak merestuinya.

Tapi gimana jadinya kalo pasangan menikah tapi malah gak direstui negara? Cerita ini beneran ada loh. Karena tak direstui negara, mereka emang tetap bisa hidup bersama. Namun mereka terpaksa jadi 'gelandangan'. Kenapa?

Ya, pasangan ini berasal dari dua negara bermusuhan: Israel dan Iran. Dua negara ini selalu jadi sorotan dunia internasional karena gak pernah akur, setidaknya dalam beberapa dekade terakhir.

Meski dua negara bermusuhan, bukan berarti warganya saling bermusuhan atau benci dong. Pasangan ini pun membuktikan bahwa kisah cinta mereka tetap berjalan meski keduanya berasal dari dua negara yang selalu jadi musuh bebuyutan itu.

Dikutip dari News Week, perempuan itu berasal dari Israel bernama Lital Ben Haim. Dalam ceritanya, dia mengatakan punya kisah cinta yang nggak biasa sekaligus mengharukan.

Lital adalah seorang profesional kesehatan dari Israel. Dia juga menjadi seniman keliling yang membuat kerajinan tradisional dari bahan-bahan alami.

Lital bercerita bertemu dengan laki-laki yang kini menjadi suaminya pada tahun 2018 lalu. Suaminya itu bernama Vinas. Mereka bertemu dalam acara kemah dengan tema "Damai di Timur Tengah" di pegunungan Turki selatan.

Lital mengatakan bahwa ketika bertemu Vinas, dia langsung jatuh cinta. "Rasanya seperti kerinduan hati saya telah sampai di rumah," katanya.

Pasangan ini menikah, tapi gak direstui negara (unsplash.com)

Vinas pun demikian. Lantas keduanya mulai menjalin komunikasi demi mengenal satu sama lain sejak pertemuan waktu itu.

Vinas lahir di Iran dan tinggal di luar Iran selama beberapa tahun. Dia meninggalkan Iran setelah mempelajari teknik komputer dan musik. Vinas pun melakukan perjalanan melalui beberapa negara dengan berjalan kaki. Dia juga mempelajari keterampilan bertahan hidup yang diperlukan selama perjalanannya.

Pasangan yang dimabuk cinta ini tidak menyadari bahwa kisah cinta mereka bisa membawa kesulitan. Kalo mereka menikah, mereka gak bakal direstui negaranya. Konsekuensinya, mereka bakal diusir dari masing-masing negara dan terpaksa hidup jadi 'gelandangan'.

Hal ini kemudian memaksa mereka melakukan perjalanan dan tinggal di negara lain yang bisa mereka masuki. Karena tidak satu pun dari mereka bisa hidup di negara satu sama lain, bahkan setelah menikah.

"Ini berarti kami harus melakukan perjalanan ke, dan tinggal di, negara-negara yang dapat kami masuki dengan paspor Israel dan Iran. Dan hanya tinggal selama waktu yang diizinkan dengan visa turis," kata Lital.

Mereka berasa dari negara yang selalu bermusuhan sampe sekarang (newsweek.com)

Lital juga jarang membuka identitasnya kepada orang bahwa dia berkewarganegaraan Israel. Contohnya ketika di Turki. Lital merasa sangat tidak nyaman jadi terbuka tentang kewarganegaraan Israel-nya itu.

Setelah pasangan ini memutuskan menikah, mereka pun berpindah ke berbagai tempat demi bisa hidup bersama.

"Vinas dan saya menghabiskan waktu yang luar biasa bersama, berkemah di pantai Mediterania yang menakjubkan, Laut Aegea dan Laut Hitam, tetapi kami juga dilecehkan karena menjadi pasangan Muslim dan non-Muslim karena belum menikah pada saat itu," cerita Lital.

Mereka berdua sama-sama khawatir tentang mendapatkan izin masuk ke sebuah negara. Vinas ternyata pernah ditahan dan diinterogasi di perbatasan hanya karena dia berkewarganegaraan Iran. Setelahnya, Vinas hanya diberi visa 30 hari untuk tinggal di Republik Turki Siprus Utara tahun 2019.

Demi bisa hidup tenang dan tetap bersama, mereka melakukan berbagai upaya. Termasuk mengajukan permohonan suaka.

Lital dan Vinas, pasangan asal Israel dan Iran (mininoticias.com.ar)

"Kamu mengajukan permohonan suaka pada Januari 2019 dan permohonan itu masih menunggu keputusan. Kami mendapati diri kami menghadapi kenyataan sehari-hari yang sangat sulit, kai tidak diizinkan untuk bekerja dalam pekerjaan tetap, kami menganggur dan kami tidak didukung oleh sistem kesejahteraan negara," kata Lital.

Akibat terus bepergian dan berpindah-pindah, pasangan ini pun mendapat masalah keuangan. Beban yang mesti ditanggung pun jadi bertambah. Mereka pun sempat menjadi 'gelandangan' selama setahun. Sementara tenda yang jadi tempat berteduh mereka rusak.

Mereka bertahan dengan menerima sumbangan makanan dan mengumpulkan sayuran yang ditinggalkan di lantai pasar. Semua cara tetap dilakukan untuk bertahan hidup, sementara permohonan suaka masih belum mereka dapatkan.

"Kami jadi sukarelawan mingguan dalam proyek penghematan makanan, mengambil sumbangan buah dan sayuran dari pasar," kata Lital.

Pasangan ini juga sempat diusir polisi dari tempat mereka berkemah. Lital menangis saat mencoba menjelaskan bahwa mereka tak ingin menjadi gelandangan seperti itu.

Konsekuensinya, mereka diusir dari masing-masing negaranya (noticias.yahoo.com)

Pasangan ini juga terpisah dari keluarganya masing-masing. Bahkan mereka tak bisa berkomunikasi. Sebenarnya, Lital sudah didukung oleh keluarga Vinas untuk mengunjungi keluarganya di Israel. Namun demi keselamatan, mereka tak menghubungi siapa pun.

Pasangan ini punya harapan memiliki sebuah negara yang bisa menerima keduanya. Mereka cuma ingin menetap dan memulai kehidupan keluarganya.

"Untuk menemukan negara itu, kita butuh bantuan. Kami berada dalam keadaan yang sangat tidak pasti, tanpa sumber daya, dankami sepertinya kehabisan pilihan," ungkap Lital.

Itulah kisah haru pasangan menikah yang mungkin aja direstui orang tua. Tapi kalo nggak direstui negara, mereka harus siap dengan konsekuensi besarnya.

Mereka tentu gak mau jadi gelandangan dan mengharapkan suaka (al-monitor.com)