Belasan Tahun Tinggal Sederhana Di Hutan, Marno: Lebih Baik Daripada Mencuri

Marno tetap ikhlas dan baik-baik aja meski hidup seadanya di hutan.

Pernah ngebayangin gak gengs hidup di dalam hutan? Tanpa fasilitas modern kayak gadget, alat elektronik dan gak ada mall. Di tengah kehidupan yang serba modern ini, hidup tanpa fasilitas kayaknya bisa susah banget.

Tanpa gadget terbaru dan paket internet aja banyak yang gatel dan gak betah hidup. Pengen posting terus dan scroll layar hape. Tapi kalau udah biasa, hidup di tengah hutan lebih damai kali ya?

Marno dan keluarganya udah 15 tahun hidup di dalam hutan. Dia tinggal di tinggal di gubuk kecil di lahan Perhutani, Bungursari, Purwakarta. Bersama istri, adik dan iparnya.

Dia belasan tahun tinggal di hutan bukan dengan sengaja gengs. Suatu hari mobil yang dia tumpangi mogok dan saat itu ada saung milik warga.

Marno berkenalan dengan pemilik saung itu lantas bermalam di sana. Setelah merasakan kehidupan di lahan tepi hutan itu, dia malah merasa betah. Malah ngajak istri dan adiknya.

Pak Marno udah belasan tahun tinggal di hutan (Facebook Dedy Mulyadi)

Mereka membangun rumah dengan bahan-bahan seadanya. Gubuk tempat tinggal Marno dibuat dari seng bekas, karung dan plastik. Dia juga menanam singkong untuk kebutuhan hidup.

"Dapat Rp 20.000 buat beli beras," kata Marno.

Meski udah beasan tahun tinggal dengan sangat sederhana, Marno merasa ikhlas menjalani kehidupannya. Dia memilih hidup sederhana daripada berbuat jahat.

Awalnya karena mobil mogok (Facebook Dedy Mulyadi)

"Yang penting nggak panjang tangan," ujar Marno.

Marno berpesan, lebih baik hidup sederhana daripada harus mencuri.

Kisah kehidupan Marno ini dibagikan oleh anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Dia berjanji akan bicara sama Perum Perhutani agar membantu Marno. Minimal membuatkan rumah yang lebih layak.

Gimana gengs? Apakah kalian ada yang pengen hidup menyepi di hutan? Sederhana dan keluar dari ributnya dunia?

Rumahnya udah gak layak (Facebook Dedy Mulyadi)