Tak Ingin Lebih Terekspos dari Dunia Luar, Suku Baduy Minta Hapus Lokasi Adatnya dari Peta Wisata Indonesia

Tak ingin lebih terekspos dari dunia luar, Suku Baduy minta hapus lokasi adatnya dari peta wisata Indonesia.

Suku Baduy memang memiliki keunikannya sendiri di tengah kemajuan zaman sepesat ini. Anggota suku tak begitu menginginkan kehidupan modern dan berbagai kemajuan dunia. 

Sebaliknya, mereka tetap menggunakan cara hidup mereka sendiri. Hidup dengan cara tradisional dan tetap mempertahankan tradisi dan budaya Suku Baduy yang sudah turun temurun.

namun belakangan, tersiar kabar bahwa Suku Baduy tak ingin lebih jauh terekspos dari dunia luar. Sesepuh adat Suku Baduy kemudian memberi mandat kepada empat orang. Mereka adalah Heru Nugroho sebagai seorang pegiat internet, Henri Nurcahyo sebagai pegiat seni dan budaya, Anton Nugroho sebagai pegian sosial dan lingkungan, serta Fajar Yugaswara sebagai pegiat seni.

Sang sesepuh Suku Baduy ingin mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Jokowi. Isinya adalah permintaan agar wilayah adat Suku Baduy dihapus dari peta wisata Indonesia. Juga dunia internasional.

Surat terbuka itu dicap jempol tiga jaro atau setingkat kepala desa, yakni oleh Jaro Saidi sebagai Tanggungan Jaro 12, Jaro Aja sebagai Jaro Dangka Cipari, dan Jaro Madali sebagai Pusat Jaro 7.

Suku Baduy (kompas.com)

Petikan surat itu menulis, "Agar bapak presiden melalui perangkat birokrasinya, berkenan membuat dan menetapkan sebuah kebijakan, supaya wilayah adat Baduy tidak lagi dicantumkan sebagai lokasi objek wisata. Dengan kata lain, kami memohon agar pemerintah bisa menghapus wilayah Adat Baduy dari peta wisata Indonesia."

Dikutip dari Liputan6.com, salinan surat itu dikirim oleh Heru Nugroho. Tapi, apa alasannya? Kenapa Lokasi Adat Baduy tak ingin lebih terekspos dari dunia luar lagi?

Para tetua adat Suku Baduy membeberkan alasannya. Mereka tak ingin lagi lebih banyak dokumentasi berupa foto atau video dari orang-orang luar suku tersebut. Terutama di wilayah Baduy Dalam yang banyak beredar luas di masyarakat.

Aplikasi Google Maps juga telah memuat dokumentasi alam Baduy di perkampungan Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo.

Tokoh Suku Baduy memberi cap jempol untuk surat terbukanya (liputan6.com)

Padahal dalam tatanan hidup masyarakat adat Baduy, terdapat larangan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikannya ke dunia luar. Ini udah nggak bisa diganggu-gugat lagi gengs.

Selain itu adalah alasan kebersihan dan kelestarian alam. Ternyata sampah kian menumpuk di dalam perkampungan Suku Baduy seiring derasnya arus wisatawan yang datang ke wilayah mereka.

"Agar bapak Presiden melalui lembaga birokrasinya, mengeluarkan peraturan untuk tidak mengizinkan pihak mana pun di seluruh dunia, membuat dan mempublikasikan citra gambar wilayah Baduy, khususnya Baduy Dalam, dari sudut mana pun, tanpa terkecuali. Terhadap pelanggaran ini, kami usulkan agar dapat dikenakan sanksi yang tegas," tulis lanjutan surat tersebut.

Mereka tak ingin lebih jauh terekspos dari dunia luar (kompas.com)

Heru juga menuturkan bahwa surat terbuka itu telah dikirim ke Presiden Jokowi pada Senin, 6 Juli 2020 kemarin. Sementara salinannya sudah dia kirimkan melalui aplikasi WhatsApp ke teman-temannya yang bekerja di pemerintahan.

"Dikirim kemarin yang hardcopy. Menurut tracing jasa pengiriman, surat sudah sampai hari ini. Yang ke Presiden dan semua kementerian sebagai tembusan. Yang ke Gubernur Banten dan Bupati Lebak, katanya baru akan sampai besok pagi," kata Heru Nugroho pada Selasa, 7 Juli 2020 kemarin.

Nah, semoga hal ini bisa jadi perhatian buat kita semua gengs.

Mereka minta lokasi adatnya dihapus dari peta wisata Indonesia (kompas.com)