Cerita Seram Simple Man: Pesan Dari Mereka Part 4 (Final)

Cerita seram simple man.

Cerita sebelumnya Pesan Dari Mereka Part 3   , Dayuh baru saja merebahkan tubuhnya, dan tiba-tiba ada yang mengetuk, lah siapa ya? Penasaran sama cerita seram simple man ini? Lanjut kuy~

"Tok tok tok"....

Dayuh menunggu bila itu emak pasti ia akan memanggilnya. Namun tak ada suara panggilan apapun hanya ketukan pintu secara terus menerus membuat Dayuh kehilangan kesabaran "Mak?".

hening~

Pintu terus menerus di ketok seakan sengaja ingin membuat Dayuh marah dengan gusar Dayuh membuka pintu kamarnya.

Sepi... tidak ada orang disini. Takut bercampur bingung mulai Dayuh rasakan maka dengan lelah ia menuju ranjang tidurnya.

Membiarkan pintunya terbuka begitu saja agar ia tahu sesiapa yang sedang mengerjainya namun baru saja Dayuh merebahkan badannya ia tanpa sengaja menemukan berhelai-helai rambut panjang tersebar di atas ranjangnya seakan ada yang baru saja meniduri ranjangnya.

Tidak ada yang punya rambut sepanjang ini rambut emak pun tidak sepanjang ini.

Dayuh melihatnya dengan seksama perasaanya semakin tidak enak sebelum ia melihat noda bercak darah di bantalnya 

Dayuh mulai bimbang.

Apakah ada hubunganya dengan perbuatanya tempo hari siang itu juga Dayuh pergi ke rumah Hendra. 

Kebetulan Hendra ada di rumah melihat Dayuh datang dengan sepedanya membuat Hendra penasaran Dayuh menunjukkan hasil temuannya pun dengan pengalamanya kemarin malam.

Hendra yang mendengarnya awalnya tidak percaya seakan Dayuh sedang berusaha mengerjainya namun setelah ia melihat rambut yang Dayuh tunjukkan Hendra mengatakan "apa ini rambut mbak yang meninggal itu".

"Iya kan?" "trus gimana?" Dayuh bertanya kini ia mulai bingung dengan prinsipnya sendiri.

"Aku gak tahu Yuh tak kira ini juga cuma mitos tapi setahuku dia pasti ngikutin kamu" 

"ngikutin bagaimana?" Dayuh bertanya.

"Ya kaya semacam marah sama kamu jadi dia terus gangguin kamu tapi aneh loh apa dia gak ngikutin kamu sebenarnya tapi menetap gitu di rumahmu toh kamu cuma merasa dia ada kalau di rumahmu kan" Hendra tiba-tiba teringat.

"Inget kemarin waktu aku tanya apa kamu punya mbak apa itu dia dan ngapain dia di kamar orang tuamu?"

Dayuh terdiam berpikir lalu mengucap "Hanif".

Saat itu juga Dayuh pergi ia sekarang tahu sesuatu tapi bagaimana ia akan mengatakanya 

di rumah Dayuh melihat emak sedang menimang Hanif di teras rumah ia tidak tahu bagaimana akan mengatakanya pada emak atas apa yang ia lakukan.

Tepat ketika Dayuh duduk dan Emak melihatnya tiba-tiba emak mengatakan sesuatu kepada Dayuh.

"Adikmu ini tiap tak bawa ke rumah tetangga selalu nangis tapi begitu di rumah gak nangis lagi".

Dayuh yang mendengarnya tidak tahu harus berkomentar apa sampai seorang datang dan bertamu di rumahnya rupanya tetangga tempat Emak biasa datang kini ganti berkunjung ke rumah Dayuh.

Emak langsung menyambutnya mengenalkannya kepada Dayuh ia adalah seorang wanita paruh baya pensiunan yang sudah lama tinggal di samping rumah Dayuh selama ini beliau lebih sering menghabiskan waktu di rumah karena masalah kakinya yang sudah tidak sanggup berjalan jauh.

Namun hari ini ia sengaja datang karena emak yang mengundangnya.

"ini yang namanya Dayuh saya sering lihat kamu loh nak sebenarnya ingin tak sapa tapi takut kamu kan tidak kenal sama bu dhe".

Wanita itu ramah wajahnya keibuan ia duduk di samping Dayuh sebelum emak pergi- 

dapur untuk mengambil minum.

Saat tinggal mereka berdua Dayuh merasa sungkan sekarang ia yakin sosok yang melihatnya tempo hari dari jendelanya pasti adalah dia tetapi Dayuh tidak ingin membicarakan itu sebelum.

"Kamu takut sama mbak Lastri yang sekarang mendiami kamarmu?" kaget. Dayuh tampak terkejut mendengarnya.

Ilustrasi (Fimela.com)

"Siapa bu dhe?"

"mbak Lastri" kata wanita itu sembari tersenyum tulus.

"siapa mbak Lastri?" tanya Dayuh?

"Harusnya bu dhe yang tanya kok bisa dia jauh-jauh cuma ingin nyamperin kamu".

Obrolan mereka terputus manakala emak muncul 

membuat Dayuh bertanya-tanya siapa wanita ini dan apa maksud ucapannya. 

Wanita itu menghabiskan sepanjang siang mengobrol dengan emak sesekali ia tampak gemas melihat Hanif namun ada sorot mata dimana terkadang si wanita itu mencuri pandang pada Dayuh seakan ucapannya berhasil membuatnya kebingungan. 

"Kalau ada waktu maen lagi ya" kata si wanita pada emak kemudian ia melihat Dayuh yang daritadi hanya diam saja.

"Dayuh juga kalau mau maen ke rumah bu dhe main saja mungkin Dayuh mau tanya-tanya sesuatu rumah bu dhe terbuka lebar untuk Dayuh ya".

si wanita itu pergi. Bingung saat matahari sudah terbenam Dayuh termenung menatap rumah bu dhe. 

Apa iya untuk tahu ia harus kesana namun ucapanya siang tadi sudah cukup membuat Dayuh paranoid dengan kamarnya sendiri.

"Mbak Lastri" dayuh mengulang nama itu. 

tengah malam Dayuh terbangun ia terkaget mendengar suara Hanif dengan mimik wajah pucat Dayuh mencoba memasang telinganya benar itu Hanif suara tawa cekikikanya terdengar dari luar kamar.

Dengan pelan Dayuh melangkah keluar untuk memeriksanya. Baru saja Dayuh membuka pintu sebuah bayangan di ruang tamu terlihat sosok yang tengah wara-wiri seperti tengah menimang bayi.

Selain itu sunyi sepi suasana itu mendukung membuat Dayuh mudah mendengar suara Hanif yang tengah tertawa selain itu ada suara lain suara lirih.

Dayuh terpaku bersembunyi di belakang tirai di samping kamar orang tuanya sekat antara ruang tamu dan lorong rumah.

Dayuh melihat sosok bertelanjang kaki membelakanginya dan sedang menimang-nimang Hanif namun tepat ketika Dayuh mengamatinya sosok itu berhenti bergerak.

Ia kemudian membungkuk perlahan menurunkan Hanif lalu kembali berdiri dengan tetap membelakangi Dayuh yang penasaran.

Dari balik sosok itu Hanif merangkak mendekati Dayuh suaranya beriak Dayuh langsung menyambutnya sebelum sosok itu lenyap hilang begitu saja tetapi.

Aroma Hanif berbeda bukan aroma bedak bayi yang emak biasanya berikan melainkan aroma bangkai dari darah yang campur aduk dengan bebauan anyir yang memuakkan.

Ketika Dayuh melihat Hanif yang ia peluk dengan kedua matanya Dayuh memekik berteriak saat sosok kecil itu tertawa tanpa wajah 

Bapak dan emak keluar wajahnya kaget melihat Dayuh yang terduduk dengan wajah pucat pasi.

"Kamu kenapa Yuh?" tanya bapak....

Di belakang emak Dayuh melihat sosok dari wanita yang ia lihat tergilas remuk di dalam truk tengah melihatnya tersenyum ke arahnya sebelum melangkah pergi.

Sepulang dari sekolah Dayuh berhenti di depan sebuah rumah dari luar ia masih ragu namun tekat yang sudah Dayuh kumpulkan sejak tadi kini menyeruak seakan ia memang harus menemui wanita yang akrab ia panggil bu dhe benar saja baru saja di bicarakan bu dhe keluar menyambutnya.

"Saya ambilkan minum dulu ya pasti banyak yang mau kamu ceritakan" kata bu dhe ia melangkah masuk kedalam.

Dayuh melihat rumah bu dhe yang berbeda dari perkiraanya ada banyak sekali foto terpampang disana namun dari sekian banyak benda yang ada disini Dayuh lebih tertarik terhadap mesin jahit yang ada didepannya.

Mungkin setelah pensiun bu dhe membuka usaha jahit ini tidak ada yang spesial selain itu sampai akhirnya bu dhe keluar dengan membawa 2 gelas teh dan beberapa kaleng kue.

"Mau cerita darimana dulu bu dhe siap dengarkan," kata bu dhe. "saya mau cerita tentang mbak Lastri bu dhe"

wajah bu dhe tampak tertarik seakan ia mendengarkan dengan serius meski ada ekspresi geli di wajahnya seakan itu bukan hal yang mengejutkan bu dhe langsung mengatakannya.

Ilustrasi (tanahnusantara.com)

"kamu apakan dia kok bisa sampai mengikuti kamu". "Mengikuti bagaimana bu dhe?" tanya Dayuh.

"Itu dia sekarang berdiri di belakang kamu" ucap bu dhe sembari menunjuk Dayuh yang tengah duduk di sofa. 

"Saya cuma bercanda," kata bu dhe lagi mencoba mencairkan suasana Dayuh sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi.

"Jadi kenakalan macam apa yang sudah kamu lakukan sama mbak Lastri ini sampai ia tidak ikhlas untuk pergi dan malah mengikuti Hanif".

Dayuh pun menceritakan semua mulai dari kronologi kecelakaan sampai malam ketika ia melakukan tindakan gegabah itu hanya karena termakan ucapan teman-temannya.

"Dayuh mau ngomong sama mbak Lastri?" tanya bu dhe tiba-tiba. "Bagaimana caranya bu dhe"

"Bisa kita cari makamnya tapi sebelum itu Dayuh minta maaf dulu ya biar saya panggil dulu." 

Bu dhe masih duduk ia menatap Dayuh sebelum perlahan bu dhe membuka kacamata beliau ia meletakkanya kemudian tertidur. 

Dayuh tidak tau apa yang terjadi selanjutnya karena bu dhe tertidur pulas di hadapan Dayuh seakan ia tiba-tiba lenyap begitu saja sebelum bu dhe terbangun kemudian menangis.

Suaranya begitu memilukan sorot matanya merunduk lalu bu dhe mengatakannya. "namaku Lastri".

Suara bu dhe sangat berbeda seperti kepribadian lain yang bicara ia tidak menatap Dayuh sedikitpun.

"Mbak Lastri," kata Dayuh nada suaranya gemetar bulukuduknya merinding berkali-kali Dayuh sampai memindahkan posisi duduknya.

"Gak usah takut saya ikutin kamu tidak- 

ada maksud mencelakai lagi" katanya.

"Saya hanya sedih kenapa kamu bisa-bisanya melakukan itu hal yang tidak pantas di lakukan terhadap mereka yang seharusnya sudah terputus dari dunia".

Dayuh masih diam. "seharusnya hanya menunggu beberapa bulan lagi saya punya anak tapi ternyata nasib saya tidak sebaik itu. 

kamu tidak perlu minta maaf lagi saya juga akan pergi dengan sendirinya. sampaikan saja pesanku ini kalau bertemu keluarga saya nanti saya pamit".

Bu dhe kembali tidur, sesaat setelah bu dhe terbangun ia melihat Dayuh tampak shock tidak banyak yang di bicarakan setelah itu namun bu dhe mengatakannya "anak saya sudah tahu dimana almarhumah di kuburkan besok ajak temanmu ikut kita minta maaf sama-sama sementara biarkan beliau melihat adikmu". 

"Jadikan pelajaran saja tidak etis memperlakukan seseorang yang sudah meninggal dengan melakukan hal semacam itu mereka sudah terputus dari tugas di dunia mereka masih pantas di hormati oleh yang masih hidup".

"Kasih tahu temanmu juga kalau mereka ingin melihat pocong suruh nemuin bu dhe nanti tak tunjukin dimana bisa lihat pocong biar temenmu gak cari-cari lagi makhluk seperti itu. Paham ya dayuh".

Dayuh pergi pulang ia sekarang tahu siapa sosok yang ia lihat itu mungkin sosok menyerupai hanif adalah janin yang seharusnya lahir dari rahim mbak Lastri namun ia gagal lahir ke dunia dan parahnya Dayuh malah menabur garam di luka mbak Lastri.

Keesokan harinya Dayuh mengajak Hendra dan Tio menemui bu dhe dan mereka pergi ke makam Lastri. 

Cerita ini dulu sempat jadi perdebadan ada yang bilang ini pengalaman anak SMP 1 Mo*****to ada yang mengatakan ini pengalaman anak SMP T**** S***A. 

Namun darimana sumber cerita ini berasal ada pelajaran yang bisa di petik bahwasanya penting bagi kita untuk memperlakukan mereka yang sudah meninggal dengan cara yang terhormat tanpa harus melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan karma dan sejenisnya.

Gue berharap kita tetap mengutamakan kebijakan serta kebajikan dalam menyikapi segala peristiwa di sekeliling kita 

gue simpleMan pamit. dan terimakasih sudah mau membaca.

wasallam. 

Begitulah cerita "Pesan dari Mereka" dari cerita seram simple man tamat~

Ilustrasi (liputan6.com)