Kisah sebelumnya Menara Saidah Part 1
Kondisi gedung sangat gelap dan kami hanya mengandalkan senter dari satpam untuk penerangan. "Mas mau ke basement dulu atau ke lantai atas?" Tanya satpam. Kami pun sepakat akhirnya untuk ke basement karena yang kami ketahui bahwa basement itu pasti lebih seram.
Akses kami ke basement melalui tangga darurat yang sempit. Tangga darurat di mall mempunyai space untuk berlajan beriringan namun tangga darurat ini sempit, menjadikan kami harus berbaris sambil menuruni tangga emergency yang gelap dan usang.
"Pak biasa nya kalo di basement Ada apaan aja ya?" Tanya teman saya si Agus. "Di basement saya dengar dari teman saya dia pernah diketawain dan ditunjuki paras wanita berbaju merah". "Wah mantap itu bawa kita dong pak ke spot temen bapak liat" jawab si Agus.
Mendengar balasan teman saya, bapak satpam hanya terdiam sambil menyusuri tangga darurat dan kami dengan kurang sopan berbisik dan ketawa kecil satu sama lain dengan berbicara "yah dia jiper (takut) dong haha" memang kami remaja kurang ajar dan kurang sopan santun saat itu.
Jadinya kita ketawa sekali tapi suara kita balik lagi ke telinga kita 2-3 kali seperti di copy paste gitu dan itu bukan gema. Kami semua mulai terdiam lagi dan mulai merasakan brain freeze dimana rasa takut sudah ada di kepala.
Ralat jadinya tersisa saya, Agus, Candra, Johan Dan Fendy yang nunggu di tangga darurat dengan satpam.
Setelah kami mendengar itu kami langsung lagi dihajar dengan suara seperti tembok dicakar cakar tapi suara cakaran ini sangat panjang seperti tembok dicakar dari atas ke bawah.
Ilustrasi (youtube.com)
Disini kaki saya gemetar dan saya sadar memegang flash hape dengan tangan yangg gemetar. Saya beruntung karena mempunyai teman seperti Agus, Candra, Johan karena ia bertiga saya bisa menetralisir rasa takut saya dengan bercanda.
"Anjir ada logan" jawab si Fendy sontak saya dan teman saya yang lain mulai mengabaikan rasa takut dan mulai mengendalikan pikiran kami lagi, tapi saya tau si Fendy bercanda seperti itu dengan suara yang gemetar dan pura-pura berani karena ekspresi wajah tak bisa berbohong.
Tiba-tiba saya dan teman saya bertiga mempunyai ide gila dimana kami akan berpencar di basement ini. Jadinya saya berdua si Agus dan si Fendy berdua si Candra untuk menyusuri basement ini dengan motivasi menemukan hal aneh yg lebih banyak kalau berpencar.
Berpencar lah kita, saya dan si Agus ke sudut kiri basemen, Fendy dan Candra ke sudut kanan basement. Saya menyusuri sudut kiri basement dengan lampu flash sambil mengayun hape saya kiri ke kanan untuk mempertegas penglihatan saya dan si Agus.
Sebenarnya saya masih bisa melihat lampu flash si Johan Dan Candra apabila menoleh kebelakang. Namun saya dan Agus tetap berjalan menyusuri sudut kiri basement. Saya melihat ada satu ruangan di basement sudut kiri seperti ruangan tunggu di mall. Saya menghampiri ruangan tersebut dengan Agus.
Ilustrasi (Sinful Celluloid)
Ternyata itu adalah ruangan beribadah lengkap dengan karpet masjid, selembar sajadah yang masih ada di atas karpet dan dalam kondisi yang berdebu dan usang. Kamipun melihat kedalam dan melanjutkan untuk menyusuri sudut kiri basement.
Setelah kami berdua sudah selesai menyusuri sampai ujung tembok basement dan kami berbalik badan untuk kembali ke tangga basement, tiba-tiba terdengar suara mengaum sangat jelas seperti macan tapi suara mengaum itu tidak seperti mengaum biasa.
Cerita "Menara Saidah: Ekspedisi Super Seram" bersambung~
Ilustrasi (ask.fm)