Pulau Madura memiliki banyak peninggalan sejarah pada masa masuknya peradaban Islam ke Indonesia.
Salah satunya ada di situs Air Mata Ibu Madura yang berlokasi di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan gengs.
Komplek situs sejarah yang berada di sisi utara, ya... kira-kira sekitar 30 kilometer dari arah Kota Bangkalan gengs.
Di sana terdapat banyak fakta dan cerita sejarah, termasuk juga ada peninggalan berupa makam Islam kuno, yang arsitekturnya bergaya budaya Hindu-Buddha.
Konon katanya, konstruksi bangunan situs itu sudah berdiri sejak abad ke-15 atau ke-16. Walau sudah tua, tapi bentuk bangunan tersusun masih rapi lho. Katanya sih bangunan itu dibangun tanpa alat perekat dari semen. Wow!
Nisan Air Mata Ibu Madura, mulai dari kerangka kuburannya, semuanya diukir indah yang terbuat dari batu putih mirip pualam yang diambil dari lokasi sekitar makam gengs.
Air Mata Ibu Madura (surabaya.tribunnews.com)
Ada keindahan yang bernilai seni tinggi yang ada pada tiga cungkup utama makamnya gengs. Kira-kira ukurannya 40 x 20 meter, yaitu makam Ratu Ibu Syarifah Ambami, Panembahan Tjakraningrat II dan Tjakraningrat III.
Serupa juga dengan cungkup pada makam Panembahan Tjakraningrat V, VI dan VII yang disebut-sebut bergelar Tjakradiningrat I gengs.
Wajar saja kalau makam itu jadi bernilai seni tinggi dan di makam Air Mata Ibu Madura jadi perhatian pemerintah.
Kompleks pemakaman Pesarean Aer Mata diikut sertakan dalam perlombaan dan pameran seni arsitektur peninggalan Purbakala se-Asia yang mewakili Indonesia. Hasilnya, nilainya sangat memuaskan.
"Gaya arsitektur dan seni ukir di Aer Mata mempunyai ciri khas perpaduan Hindu, Buddha dan Islam," ujar Hasan Fajri, juru kunci makam.
Sebenarnya Makam Ratu Ibu adalah makam seorang wanita bernama Sarifah Ambani. Konon katanya, wanita inilah yang melahirkan para raja-raja di Madura.
Menurut dokumen sejarah yang ada, Sarifah Ambani masih keturunan dari Sunan Giri, Gresik yang akhirnya dipersunting oleh Pangeran Cakraningrat I dari Madura.
Diketahui, Cakraningrat I memerintah Madura di tahun 1624. Beliau mendapat perintah dari Sultan Agung, Mataram.
Namun walau demikian, ia lebih banyak tinggal di Mataram mendampingi Sultan Agung. Istri Cakraningrat yang bernama Sarifah Ambani inilah yang selalu tinggal di Kraton Sampang. Mungkin karena itu dia diberi gelar Ratu Ibu.
Sosok Sarifah adalah figur seorang istri yang taat dan patuh pada perintah suaminya. Untuk mengisi waktu senggangnya Sarifah yang menghabiskan waktunya untuk bertapa di Desa Buduran Kecamatan Arosbaya-Bangkalan.
Singkat cerita dalam pertapaanya Ratu Ibu bertemu dengan Nabi Khidir A.S yang dianggap oleh Ratu Ibu sebagai pertanda bahwa permohonannya akan dikabulkan.
Dan akhirnya ia kembali dan menceritakan pada suaminya dan mengatakan kalau ia ingin anak turunnya menguasai Madura sampai 7 turunan.
Air Mata Ibu Madura (zhafiratours.co.id)
Mendengar hal itu bukannya senang, malah suaminya marah dan berkata, "harusnya kamu meminta anak turun kita berkuasa selamanya di Madura."
Karena tak ingin suaminya kecewa, ia melanjutkan pertapaanya dan memohon agar permintaan suaminya dikabulkan oleh Alla SWT.
Permohonan Ratu Ibu terus dilakukan siang dan malam sambil menangis gengs. Ratu Ibu akhirnya meninggal dan di tempat pertapaannya inilah ia dimakamkan. Menangis saat bertapa.
Karena itulah pemakaman ini disebut dengan pesarean Air Mata Ibu Madura gengs. Jadi gimana? Kamu tertarik pengin ke sana?
(zhafiratours.co.id)