Bagaimana rasanya mendapat uang mainan sebanyak 4,5 miliar? Tanyakan pada Mujiono asal Dusun Karangtengah, Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Tulungagung. Ia pasti menjawab malunya setengah mati.
Jadi ceritanya Mujiono berniat menjual rumah kepada Ali asal Blitar. Mereka sepakat diharga Rp 15,1 miliar. Sebelum membayar lunas, Ali meminta agar rumahnya diperbaiki terlebih dahulu dengan biaya sebesar Rp 4,5 milyar. Biaya ini dibayar cash yang disimpan di dalam sebuah kardus di rumah Ali di Blitar. Rencananya uang dalam kardus ini akan disetorkan ke Bank BCA pada hari Senin karena kebetulan saat itu bank sudah tutup.
Mujiono sempat tidak bisa tidur karena ia membawa uang sebanyak4,5 miliar. Dan ia juga berjanji kepada Ali untuk tidak membuka kardus sampai mereka sama-sama di depan teller Bank BCA Tulungagung demi alasan kejujuran.
Hari Senin tiba, Mujiono sudah mengunggu di Bank BCA. Tetapi Ali tak kunjung datang. Dihubungi pun tidak ada jawaban. Mujiono akhirnya masuk ke bank dan menyetor uang dalam kardus tersebut kepada teller. Karena nominalnya yang besar, proses penyetoran disaksikan jajaran pemimpin BCA Tulungagung.
Mujiono tampak sangat panik karena Ali dipastikan tidak akan datang. Kardus tersebut akhirnya dibongkar dan ternyata uang yang didalamnya adalah uang palsu. Uang tersebut hanyalah uang mainan bahkan ada yang berbahan plastik. Mujiono nyaris pingsan mengalami hal ini. Pihak bank menyarankan untuk menghubungi Polres Tulungagung.
Tetapi dari sumber lain mengatakan kasus yang menimpa Mujiono ini bukanlah penipuan jual beli. Mujiono sebenarnya tertipu oleh seseorang yang mengaku “orang pintar” yang bisa menggandakan uang yang disetor Mujiono dengan syarat hanya boleh dibuka pada hari Senin. Maka dari itu pihak kepolisian masih mengembangkan kasus ini sedangkan Mujiono harus menjalani penyelidikan.
Terlepas dari kontorversi kasus yang menimpa Mujiono, yang seharusnya menjadi pertanyaaan adalah kenapa ada orang yang woles mengumpulkan uang mainan palsu sebanyak satu kerdus yang nilainya ditaksir sebesat 4,5milyar? Apa dia sama sekali nggak ngelakuin kehidupan normal layaknya orang pada umumnya?