Sebuah video yang direkam di Jembatan Besuk Kobokan, jalur penting yang menghubungkan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, tiba-tiba menarik perhatian dan menjadi viral di media sosial.
Dalam video tersebut, tampak warga memenuhi area jembatan. Banyak dari mereka masih memakai helm dan masker, terdiri dari anak-anak hingga orang tua. Di belakang kerumunan itu, terlihat gumpalan debu vulkanik tebal dari meningkatnya aktivitas Gunung Semeru. Awan debu tersebut bergerak cepat seperti dinding abu besar yang menggulung ke arah jembatan.
Situasi dalam rekaman terlihat penuh kepanikan: sepeda motor berhenti dan menumpuk, warga saling berdesakan, sementara sebagian lainnya justru mengangkat ponsel untuk mengabadikan momen berbahaya itu.
Besuk Kobokan, yang biasanya menjadi lokasi evakuasi dan akses utama mobilitas warga, seolah berubah menjadi tempat tontonan yang memancing rasa penasaran banyak orang.
Namun, perhatian publik bukan hanya tertuju pada kejadian alamnya, melainkan juga pada respons masyarakat yang dianggap tidak sesuai saat menghadapi situasi genting. Apalagi kondisi jalan yang dipenuhi debu membuat kendaraan rawan tergelincir, tetapi sejumlah warga tetap memilih berhenti untuk menonton dan merekam sehingga kemacetan semakin parah.
Bagi warga di daerah yang sering berhadapan dengan ancaman awan panas maupun lahar, perilaku itu dianggap sebagai hal yang membuat mereka "ngeri sendiri."
Video tersebut dibagikan oleh akun X @mbokberek_ dengan caption bernada sindiran. Ia menyebut bahwa rekaman itu diambil pada Senin, 24 November 2025.
“Wahana wisata baru orang kabupaten sebelah selatan Jawa Timur… Jaman erupsi Merapi 2010 dengerin radio balerante bunyi titttt panjang saja sudah harus siap lari, ini malah nonton,” tulisnya.
Unggahan itu langsung viral, ditonton lebih dari 1,5 juta kali hanya dalam hitungan jam, dan memicu obrolan panjang mengenai tren “menonton bencana.”
Kolom komentar pun ramai dengan ungkapan kekesalan dan satire warganet.
“Jaman dulu kalau bunyi sirine bencana buru-buru kabur supaya selamat. Jaman sekarang kalau ada bencana datang mikirnya: ‘Asyik ada bencana, bikin live konten ah, pasti FYP',” komentar @ern****.
“Gk sekalian bawa ‘horeg adu kenceng’. Kali aja Mahameru denger jadi dimuntahin semua… lumayan kan IQ 58 berkurang,” tambah @and****.
Momen warga nonton debu vulkanik Gunung Semeru di jembatan (x)