Gelombang massa demonstrasi di Nepal kini menjadi lautan api serta kekerasan yang amat brutal. Amukan para massa mencapai puncaknya ketika mereka menyerang istri dari mantan Perdana Menteri Nepal, Rajyalaxmi Chitrakar, secara mengenaskan di tengah kobaran api yang melahap kediamannya.
Peristiwa tersebut terjadi saat demonstran menyerbu rumah Jhala Nath Khanal di Dallu, Kathmandu. Menurut Times of India, Rajyalaxmi tidak cuma menjadi korban kebakaran, melainkan juga dianiaya oleh massa hingga membuatnya tak berdaya untuk kabur dari kobaran api yang membakar rumahnya.
“Chitrakar sempat dilarikan ke Kirtipur Burn Hospital dalam kondisi kritis, namun nyawanya tidak tertolong. Khanal sendiri, yang pernah menjabat sebagai PM Nepal pada Februari–Agustus 2011, tidak berada di rumah saat insiden terjadi,” tulis Times of India.
Kematiannya itu menjadi pertanda betapa rusuhnya para massa demonstrasi di Nepal yang tidak hanya berlangsung satu titik saja.
Mereka juga menyebar ke berbagai simbol kekuasaan dan para elite politik tanpa pandang bulu.
Bahkan, rumah mantan menteri keuangan Ramsaran Mahat di Kapan, Gedung Mahkamah Agung, kompleks administrasi Singhdurbar, hingga kediaman Perdana Menteri di Baluwutar juga menjadi sasaran.
Aksi massa di Nepal yang melangsungkan demonstrasi hingga melakukan aksi yang anarkis (suara)
Bahkan, media di Nepal juga menjadi korban amara mereka yaitu di Kantor Kantipur Television di Tinkune. Sebuah video veiral memperlihatkan seperti apa Deuba dan istrinya, Menteri Luar Negeri Arzu Rana, diserang secara fisik oleh massa hingga membuat Arzu menderita luka ringan.
Kekacauan semakin meluas hingga menyasar aset bisnis yang terafiliasi dengan politisi. Hotel Hilton Kathmandu, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh putra Deuba, serta Sekolah Ullens milik Arzu Rana, ikut menjadi target perusakan.
Di tengah situasi yang kian mencekam ini, Presiden Nepal, Ramchandra Paudel akhirnya angkat bicara dan menyerukan agar semua pihak segera menghentikan pertumpahan darah.
“Saya mengimbau agar tetap tenang, mencegah kerusakan lebih jauh, dan kembali ke meja perundingan. Dalam demokrasi, tuntutan rakyat bisa diakomodasi lewat dialog dan negosiasi,” ujarnya.
Aksi massa di Nepal yang melangsungkan demonstrasi hingga melakukan aksi yang anarkis (suara)