'Empty Nest Syndrome' adalah kesedihan yang dirasakan banyak orang tua ketika anaknya pindah dari rumah. Kondisi ini biasanya lebih sering terjadi pada wanita, yang lebih cenderung mempunyai peran sebagai perawat utama.
Berbeda dengan kesedihan yang dialami ketika (misalnya) orang yang dicintai meninggal, kesedihan akibat empty nest syndrome sering kali tidak disadari, karena kepergian seorang anak dewasa dari rumah dipandang sebagai peristiwa yang normal dan sehat.
Dalam banyak kasus, empty nest syndrome diperburuk dengan peristiwa sulit dalam hidup atau perubahan signifikan yang terjadi pada waktu yang bersamaan, seperti pensiun atau menopause.
Seorang Ibu Paling Sering Mengalami Empty Nest Syndrome
Empty nest syndrome bisa menimpa kedua orang tua, namun ibu tampaknya yang paling rentan. Banyak ibu yang mendedikasikan 20 tahun atau lebih hidupnya untuk membesarkan anak-anaknya, dan memandang peran sebagai ibu sebagai peran utama mereka.
Hal ini berlaku bahkan bagi sebagian besar ibu yang bekerja. Begitu anak terakhir pindah, sang ibu mungkin merasa bahwa pekerjaannya yang paling penting telah selesai. Sama halnya dengan siapa pun yang mengalami PHK, sang ibu mungkin merasa tidak berharga, mengalami disorientasi, dan tidak yakin akan arti masa depannya.
Namun, sebagian besar ibu beradaptasi seiring waktu. Para psikolog berpendapat bahwa diperlukan waktu antara 18 bulan hingga dua tahun untuk berhasil melakukan transisi dari ‘ibu’ menjadi wanita mandiri.
Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome
Ilustrasi tentang orangtua yang alami empty nest syndrome (aconsciousrethink.com)
Meskipun anak pindah dari rumah merupakan stres yang signifikan. Orangtua bisa mengatasi perasaan kehilangan dan sedih dengan melakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Mengakui kesedihan (meskipun merasa tidak ada orang lain yang memahaminya) dan biarkan dirimu merasa kesal.
Ritual, seperti pemakaman, membantu kita menghadapi perubahan yang sulit. Ciptakan ritual sendiri untuk membantu mengakui perasaan. Entah dengan menanam pohon, atau mendekorasi ulang kamar lama anak.
2. Diskusikan pemikiran, perasaan, dan rencana masa depanmu dengan pasangan.
3. Mintalah saran dan dukungan dari teman lain yang memahami perasaanmu, beberapa di antaranya mungkin juga pernah mengalami empty nest syndrome.
4. Beri dirimu waktu untuk beradaptasi dengan perubahan. Jangan berharap terlalu banyak pada diri sendiri, terutama pada beberapa minggu atau bulan pertama.
5. Kejar hobi dan minatmu karena kini kamu punya lebih banyak waktu.
6. Beberapa orang merasa bahwa membuat jurnal itu bermanfaat, sementara yang lain menemukan kedamaian melalui doa. Lakukan apa pun yang kamu rasa tepat.
7. Tunda pengambilan keputusan besar apa pun - seperti menjual dan pindah ke rumah yang lebih kecil - sampai kamu merasa sudah beradaptasi.
8. Pertahankan rutinitas rutin dan perawatan diri, seperti makan makanan sehat dan berolahraga secara teratur.
9. Carilah bantuan profesional jika kamu mengalami depresi atau kesedihan tak berkesudahan.
Orangtua melepas anak pergi (msnbc.com)