Masih Butuh Perjuangan, Ini 5 Isu Gender yang Masih Dihadapi Perempuan Masa Kini

Berikut beberapa isu gender yang masih dihadapi perempuan masa kini sehingga masih perlu diperjuangkan dengan baik.

Meski telah banyak kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, perempuan masa kini masih dihadapkan pada sejumlah isu. Dari kekerasan hingga diskriminasi upah kerja, serta berbagai pembatasan lainnya, perempuan di seluruh dunia masih merasakan dampak dari ketidaksetaraan gender yang mengakar. Melansir UN Women, berikut beberapa isu gender  yang masih dihadapi perempuan masa kini:

1. Kekerasan Berbasis Gender

Kekerasan berbasis gender (GBV) tetap menjadi salah satu isu paling mendesak yang dihadapi perempuan di seluruh dunia. GBV meliputi berbagai bentuk kekerasan seperti kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi yang dilakukan terhadap perempuan karena gender mereka. Menurut laporan dari WHO, sekitar satu dari tiga perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan fisik atau seksual sepanjang hidup mereka. 

Kekerasan ini tidak hanya mengakibatkan trauma fisik dan emosional tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan sosial dan ekonomi perempuan. Upaya untuk mengatasi GBV memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan kebijakan hukum yang tegas.

2. Diskriminasi Upah Kerja

Meski ada banyak upaya untuk mengurangi kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan, diskriminasi upah kerja masih menjadi isu yang signifikan. Data dari International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa perempuan secara global masih mendapatkan upah sekitar 20% lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. 

3. Pembatasan Akses Digital

Akses digital yang terbatas menjadi isu lain yang menghalangi kemajuan perempuan. Di era digital saat ini, akses terhadap internet dan teknologi informasi menjadi sangat penting untuk pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi sosial. Namun, banyak perempuan, terutama di negara-negara berkembang, masih menghadapi hambatan signifikan dalam mengakses teknologi ini. 

Menurut laporan dari GSMA, ada sekitar 300 juta lebih sedikit perempuan yang memiliki akses ke internet dibandingkan laki-laki. Pembatasan akses digital ini memperdalam ketidaksetaraan gender dan mengurangi peluang perempuan untuk berkembang di berbagai bidang. 

4. Period Poverty

Isu Gender Masa Kini (via The Atlantic)

Period poverty atau kemiskinan menstruasi adalah isu lain yang menghantui perempuan, terutama di negara berkembang. Period poverty merujuk pada kesulitan akses terhadap produk menstruasi yang aman dan higienis, pendidikan tentang menstruasi, serta fasilitas sanitasi yang memadai.

Banyak perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia terpaksa menggunakan alternatif yang tidak aman seperti kain bekas atau bahkan mengisolasi diri saat menstruasi karena stigma dan ketidakmampuan finansial untuk membeli produk menstruasi. Ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga pendidikan dan partisipasi sosial mereka. 

5. Pembatasan Karir dan Kepemimpinan

Meski semakin banyak perempuan yang memasuki dunia kerja, pembatasan karir dan kepemimpinan masih menjadi kenyataan yang menghalangi mereka untuk mencapai posisi puncak. Banyak perempuan menghadapi hambatan struktural dan budaya yang menghalangi mereka untuk naik ke posisi kepemimpinan. 

Di banyak organisasi, kebijakan yang tidak ramah terhadap keluarga, stereotip gender, dan kurangnya mentor dan jaringan dukungan bagi perempuan menjadi faktor penghambat. Selain itu, "glass ceiling" masih menjadi metafora yang tepat untuk menggambarkan batasan tidak terlihat yang mencegah perempuan mencapai puncak karir mereka. 

Isu-isu yang menghantui perempuan masa kini mencerminkan ketidaksetaraan yang masih perlu diatasi dengan serius. Perubahan tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi dengan upaya yang terus-menerus dan kerjasama lintas sektor, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan setara bagi perempuan. Kesetaraan gender  bukan hanya tentang keadilan sosial, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup semua individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Isu Gender Masa Kini (via Avant Gynecology)