Pertanyaan yang sering muncul ialah dari mana datangnya perasaan. Banyak orang yang sering merasa berjarak dengan perasaannya sendiri. Berusaha menghilangkan rasa sedih dan marah. Kita mungkin merasa susah mengidentifikasi dari mana datangnya perasaan. Hal tersebut tidak mengejutkan. Fakta psikologis tentang perasaan ini telah dirumuskan secara singkat dalam artikel di PsychCentral.
Seorang psikoterapis Joyce Marter, LCPC, menerangkan bahwa kita sering menutupi perasaan secara sosial. Untuk tujuan kepantasan, profesionalitas, menghindari konflik dan mempertahankan relasi. banyak orang merasa bahwa melampiaskan emosi itu buruk atau bahkan bisa dianggap 'gila'. Mereka khawatir mengalami penolakan atau dianggap 'butuh', terlalu polos dan lain sebagainya.
Banyak juga orang merasa mereka sebagai orang yang lemah ketika merasa sedih atau takut, makanya mereka mengabaikan perasaan tersebut. Bahkan sangat mungkin mengabaikan perasaan-perasaan lainnya serta mempercayai 'nggak begitu kok perasaanku'. Tentang perasaan memang rumit, tetapi perasaan mempunyai posisi penting dan bernilai. Seorang psikolog klinis, Jennifer Taitz, PsyD, mendefinisikan emosi sebagai sebuah respon yang meliputi interpretasi, sensasi fisik dan membutuhkan tindakan. Misalnya, saat kamu merasa dalam bahaya maka akan punya pikiran untuk menyelamatkan diri dan menemukan tubuhmu berkeringat.
Lebih lanjut, Taitz menjelaskan bahwa perasaan itu mempunyai fungsi penting. Meskipun emosi bersifat negatif seperti kesedihan, kegelisahan, marah tetapi fungsinya justru memberikan titik terang.
Saat seseorang menekan rasa sedih, jutru tidak akan mendapatkan 'pesan penting'. Misalnya, merasa sedih karena pekerjaan dan pesan pentingnya adalah 'pekerjaanmu tidak berharga'. Ketika kamu mengenali dan merasakan kesedihanmu, maka kamu akan menemukan hal penting yang mungkin bisa menyelesaikannya. Misalnya dengan menstimulasi dan membuatmu lebih termotivasi untuk membuat perubahan.
Artinya, menurut Taitz, merasakan perasaan bisa memberikan kesempatan untuk mengikuti 'inner wisdom' atau kebijakan hati. Menurut Marter, perasaan bisa memberi petunjuk tentang seperti apa hubungan, peran, pilihan, tujuan yang terbaik untuk kita.
Berkeringat (universityhealthnews.com)
Marter, pendiri dan pemilik dari Urban Balance di Chicago membetulkan bahwa memang nggak nyaman saat perasaan sedang benci dan harus mengosongkannya agar merasa lebih baik. Tetapi pendiri pusat konseling ini juga menjelaskan bahwa proses tersebut bisa membuat lebih jujur pada diri sendiri.
Memilih akting dan menyembunyikan perasaan nggak justru akan mendapatkan pemikiran yang nggak akurat. Contohnya, ketika cinta ditolak lalu memunculkan perasaan 'nggak pantas dicintai'. Kamu mungkin akan merasakan perasaan yang berat dan sedih. Jika kamu tetap membiarkan perasaan ini mengatur kebiasaanmu, maka kamu nggak fair sama diri sendiri. Artinya, kamu sedang tidak memperhatikan diri sendiri.
Anjuran dari Taitz adalah dengan mengakui perasaan sedih dan mencari cara berpikir yang lebih akurat. Cara ini membuatmu bisa lebih menjadi diri sendiri dan membangun perspektif yang lebih manjur.
Perahu kertas (guidepost.org)
Perasaan itu berumah pada tubuh. Akibat terburuk dari 'perasaan' adalah stres dan simptom fisik lainnya seperti hipertensi, syaraf tegang, sakit kepala dan lain sebagainya. Menurut Marter, jika mampu mengolah perasaan maka akan mendapatkan pelepasan katarsis dan bangga sama pengalaman yang telah dilalui. Fakta yang terjadi, jika tidak mengolah perasaan yang dirasakan bisa menyebabkan problem lain. Misalnya, karena mengalami problem yang berat akhirnya memutuskan menyiksa diri sendiri dengan tidak mengakui perasaan sedih, kecewa, marah dan lain sebagainya.
Lari dari emosi bisa menyebabkan 'stuck'. Jadi, berhentilah dan terbuka untuk bisa tumbuh serta terus menerus mencari pelajaran dari pengalaman-pengalaman perasaan.
Macam-macam perasaan (bondingwithyouradoptedchild.weebly.com)