Kamu mungkin pernah mendengar cerita klise saat seorang wanita dicampakkan oleh seorang pria, dia mencari pelarian seperti menangis di depan kucingnya, ibunya, dan sahabatnya atau curhat di buku hariannya.
Lalu, berminggu-minggu berikutnya, ada ketenangan yang muncul setelah ia mengatasi kesedihannya dan mencoba bangkit kembali. Meski sebelumnya ia merasa hancur berkeping-keping, namun pada akhirnya ia menjadi lebih percaya diri dan penuh harapan dibandingkan sebelumnya.
Lantas, Apakah pria khususnya pria heteroseksual, mengalami hal serupa saat putus cinta? Kita cari tahu jawabannya di bawah ini ya!
Mengapa Pria Lebih Susah Move On?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria mengalami masa-masa yang lebih sulit dibandingkan wanita ketika hubungan romantisnya berakhir. Faktor utama yang mendukung wanita setelah hubungan berakhir adalah jaringan pertemanan mereka.
Wanita memang lebih terampil dalam menjaga hubungan dekat dengan teman-temannya selama bertahun-tahun, dan hal ini sangat berguna ketika mereka perlu berbicara, menangis, atau sekadar melampiaskan keadaan emosi mereka. Sebaliknya, Reeves melihat apa yang disebutnya sebagai “resesi persahabatan laki-laki” yang dapat merugikan laki-laki ketika mereka sangat membutuhkan persahabatan yang solid.
Viral pria duduk sendiri di restoran dan menangis tersedu-sedu (medan.tribunnews.com)
Reeves mengutip Survei Perspektif Amerika pada bulan Mei 2021, yang menemukan bahwa 15% pria saat ini mengaku tidak memiliki teman dekat dibandingkan dengan 3% yang mengatakan hal yang sama pada tahun 1990.
Dalam survei tersebut, 48% wanita mengatakan bahwa mereka pernah melakukan percakapan pribadi di mana mereka berbagi perasaan pribadi dengan seorang teman selama minggu sebelumnya, sementara hanya 30% pria yang melakukannya.
Empat puluh satu persen wanita mengindikasikan menerima dukungan emosional dari temannya dalam seminggu terakhir; hanya satu dari lima pria yang mengatakan hal yang sama.
Perbedaan pria dan wanita saat setelah putus(quora.com)