Yuk Kenalan Sama Toxic Positivity, Begini Cirinya

Pernah mendengar tentang toxic positivy? Hal tersebut merupakan kondisi ketika seseorang menuntut dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif.

Pernah mendengar tentang toxic  positivy? Hal tersebut merupakan kondisi ketika seseorang menuntut dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif. Mereka menolak emosi negatif. Mungkin hal tersebut terlihat baik, tetapi menghindari emosi negatif ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. 

Orang-orang yang terjebak dalam toxic positiviy selalu menghindari emosi negatif seperti sedih atau marah. Padahal emosi tidak selamanya buruk. Perasaan tersebut juga harus diekspresikan. Jika terus dilakukan penyangkalan emosi negatif, maka lambat-laun akan menyebabkan stres, cemas, depresi, gangguan tidur, dan sedih berkepanjangan. Nah, agar kamu terhindar dari toxic positivity, yuk kenali apa saja ciri-cirinya.

1. Tidak Jujur dengan Perasaan Sendiri

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa seseorang yang terjebak dalam toxic positivity selalu menghindari perasaan negatif. Dia tidak pernah jujur terhadap perasaannya sendiri. Dia sulit menerima ketika emosi negatif tersebut ada pada dirinya. Bahkan mereka akan merasa bersalah jika perasaan negatif tersebut muncul dalam dirinya tanpa sengaja.

Mereka mungkin mengabaikan atau menyembunyikan masalah yang nyata di balik pemikiran positif atau kutipan motivasi. Pada akhirnya hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah secara efektif dan dapat memperburuk kondisi yang ada.

2. Menghindari atau Membiarkan Masalah

Toxic Positivity (via Psychology Today)

Orang yang menganut toxic positivity cenderung menyangkal atau meminimalkan emosi negatif yang dirasakan oleh orang lain atau bahkan oleh diri sendiri. Mereka mungkin memberikan respons yang kurang empati atau meremehkan perasaan yang tidak menyenangkan dengan mengatakan hal-hal seperti "Jangan terlalu khawatir" atau "Semua akan baik-baik saja".

Alih-alih mencari solusi, orang-orang yang terjebak di dalam toxic positivy cenderung menghindari permasalahan yang dia hadapi. Hal ini dia lakukan untuk menekan perasaan negatif yang mungkin saja muncul akibat persoalan tersebut.

3. Motivasinya Cenderung Menghakimi

Toxic Positivity (via Kompas.com)

Motivasi seharusnya bersifat membangun dan membuat seseorang menjadi bangkit. Namun orang yang terjebak dalam toxic positivity cenderung memberikan  motivasi yang menghakimi. Dia mengucapkan kalimat motivasi yang justru membebani seseorang, misalnya seperti, "jangan menyerah, begitu saja kok tidak bisa".

Mereka mungkin tidak memperhatikan atau mengakui bahwa ada faktor-faktor sosial atau struktural yang dapat menyebabkan atau memperburuk pengalaman emosi negatif seseorang. 

4. Suka Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Toxic Positivity (via Social Anxiety Shortcuts)

Ciri terakhir dari toxic positivity adalah dia suka membandikan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini biasanya dilakukan seseorang untuk membuatnya tampak lebih baik dari orang lain dan orang lain lebih menyedihkan dari dirinya.

Ciri-ciri toxic  positivy tadi sebenarnya bisa dihindari dengan tetap menerima perasaan apapun yang keluar dalam diri. Coba kelola emosi dengan baik dan stop membanding-bandingkan. Karena setiap orang tampak baik dengan versinya dan memiliki masalahnya masing-masing.

Toxic Positivity (via Alodokter)