Baru-baru ini, viral berita bunuh diri yang dilakukan oleh seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan inisial NJW.
Dirinya ditemukan tewas setelah melompat dari lantai 4 mal Paragon Semarang. Sebelum melakukan aksi bunuh diri, NJW sempat menuliskan sebuah surat untuk ibunya yang ditemukan di dalam tas.
Di surat tersebut, ia mengutarakan permintaan maaf karena memutuskan untuk menyerah dalam menjalani kehidupannya. Bahkan NJW sempat menitipkan sebuah hadiah ulang tahun untuk sang ibunda di salah satu teman kosnya.
"Mom, sorry for cannot being as strong as u wish
i have a birthday gift for you, delivered at hani's kost
I wish i can give it to you, by my self, sorry
Thank you for always thinking about me, care about me
And sorry if i always making u sad
i love you always
Jangan lupa berdoa buat aku ya (hati)
sekali maaf mih, aku nyerah....," tulisnya dalam surat tersebut.
Surat tersebut seketika menarik perhatian publik, termasuk Santo, salah satu praktisi grafologi (ahli tulisan). Melalui aplikasi X, Santo menjabarkan apa makna dari tulisan yang dibuat NJW.
Sebab ia meyakini jika penyebab orang bunuh diri bisa dilihat dari tulisan tangannya. Menurut Santo, NWJ terlihat memiliki wajah ceria namun sebenarnya ia memiliki beban yang begitu berat.
"Potensi seseorang untuk bunuh diri ditunjukkan secara tertulis sebagai kombinasi dari rasa sakit emosional, penarikan diri dari orang dan lingkungan, keputusasaan, dan depresi pada tingkat tertentu," tulis Santo dalam cuitannya di akun X.
"Karena banyak yang tampak luar wajahnya ceria, tertawa seperti bahagia, penuh canda, tapi kita tidak sadar di dalamnya sedang memikul beban yang sangat berat. Lalu, kita yang orang terdekat menyesali karena terlambat menyadari itu," sambungnya.
Dari tulisan tangan NJW dalam surat yang ditinggalkannya sebelum bunuh diri, Santo pun menyebut adanya keputusasaan yang dialami. Hal tersebut terlihat dari baseline tulisan tangan NJW.
"Untuk mengetahui lebih awal, salah satunya dengan mengecek pola tulisan tangannya. Paling kentara dengan melihat baseline tulisan tangannya. Apakah jatuh atau menurun seperti di bawah ini? Karena hampir di semua tulisan tangan yang ditinggalkan korban, baseline identik menurun," jelas Santo.
"Baseline menurun menunjukkan diri yang pesimistis, ketiadaan energi, dan sedang berada di fase depresi. Individu dengan baseline menurun menganggap kehidupan sebagai sumber frustrasi, kecemasan, kekecewaan, dan seperti lingkaran setan," paparnya.
Setelah itu, Santo juga menyoroti margin dalam surat yang ditulis NJW.
"Selanjutnya margin. Margin kiri = tentang masa lalu, Margin kanan = tentang masa depan. Margin itu bagaimana jarak tulisan dengan batas kertas. Perhatikan margin kiri. Semakin ke bawah makin menyempit. Secara psikis, sedang mengalami fase pesimistis dan rentan terhadap depresi. Khawatir akan mengalami kegagalan dan kemudian mundur kembali. Dia mensabotase dirinya sendiri. Uniknya, 2 baris terakhir margin kiri berubah menjadi makin melebar. Momentumnya tumbuh, ada keberanian untuk melangkah. Tapi 2 baris kalimat ini dengan konteks "pamitan" dan ingin mengatakan dia akan terbebas dari penderitaan," terang Santo.
"Margin kanan bisa dikatakan tidak beraturan. Mepet batas kertas, ada yang sangat lebar. Memaksakan untuk terus melangkah ke masa depan, tapi penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Maju satu langkah, mundur dua langkah. Self sabotage. Ini dinamakan parit. Spasi antar baris membentuk garis imajier yang miring. Ini sering ditemui ketika antara pikiran dan emosi sedang konflik. Semakin banyak ditemukan, makin kuat kecenderungan si penulis mengalami konflik dalam diri. Tekanan. Ini pun bisa temporer, bisa permanen. Temporer itu karena sakit, sehingga tekanan menjadi berantakan. Permanen, jika dalam jangka lama. Fisik tidak ada sakit, baik-baik saja, tapi tekanan penulisan berantakan. Seperti yang digarisbawahi, tekanannya dalam coretan 1 huruf saja berbeda-beda. Dia mungkin menderita kecemasan. Ragu-ragu dan energinya habis oleh permasalahan, kekhawatiran, serta perasaan rendah diri," sambungnya.
Selain itu, Santo juga melihat seperti apa spasi pada surat tersebut.
"Spasi. Tentang bagaimana si penulis terhubung dengan orang lain, lingkungan sekitarnya. Jika setiap kata dalam grafologi mewakili diri kita, ego kita, maka jarak yang kita berikan antar kata menunjukkan jarak yang kita jaga antara diri ini dengan orang lain. Perhatikan bagaimana spasi penulisan "I love u, always", Sangat-sangat lebar. Perasaan yang jauh, entah secara fisik atau emosi dengan seseorang. Penulisan kata "myself, me, aku" menunjukkan tentang self image. Bagaimana diri memandang diri sendiri, dan sejenisnya. Kalau kamu menemukan orang terdekatmu menulis namanya, "aku" banyak ditemukan dengan baseline menurun, belajarlah untuk menjadi orang yang menguatkan hatinya," paparnya.
Terakhir, Santo menjelaskan tentang perbedaan tulisan dalam surat yang ditulis NJW.
"Oke, ini yang terakhir. Karena ini cukup melelahkan ketimbang tulisan tangan korban yang dahulu pernah aku bahas. Perubahan bentuk tulisan tangan dari tidak bersambung (print) menjadi kursif (bersambung). Di gambar atas, yang sebelumnya berbentuk tidak sambung lalu hanya 2 baris terakhir tulisannya berubah menjadi bersambung. Menunjukkan harapannya dalam hubungan emosional antara keluarga dan orang yang dicintainya kembali tersambung walau sudah beda dimensi dan alam," pungkasnya.
Arti isi tulisan NJW, mahasiswi UNNES yang bunuh diri (via twitter)