Kita semua pernah mengalami sakit pilek atau flu, lelah, dan ingin makan. Namun sayangnya, ketika kita butuh banyak makan makanan bergizi saat sedang flu dan pilek, indera perasa justru hilang. Kita jadi tidak bisa merasakan apa pun!
Umumnya ketika hidung kita tersumbat, kita kehilangan indera penciuman dan indera perasa sekaligus.
Memang apa hubungannya indera penciuman dan pengecap?
# Hubungan Hidung dan Mulut dalam Merasakan Makanan
Rasa makanan tidak hanya melibatkan mulut tetapi juga hidung: bagian-bagian tubuh ini terkait erat melalui hubungan reseptornya. Oleh karena itu, rasa sebenarnya merupakan kombinasi kompleks antara bau dan rasa. Hidung dan lidah mendeteksi bahan kimia dalam makanan, dan inilah yang memberitahu otak kita tentang rasa makanan yang kita makan. Faktanya, sebanyak 80% selera kita berhubungan dengan bau!
Flu dan pilek mempengaruhi indera penciuman dan perasa(klikdokter.com)
Kita bisa merasakannya berkat selera di lidah kita. Pengecap ditemukan di benjolan kecil yang disebut papila. Mereka memilih lima rasa utama: manis, asin, asam, pahit, dan umami (alias gurih). Di dalam pengecap ini terdapat sel-sel sensorik, yang juga disebut ‘rambut pengecap’, yang terhubung ke saraf. Saat kita mengunyah, protein mengikat bahan kimia perasa ke rambut perasa untuk diproses. Rata-rata, orang dewasa memiliki antara 2000–4000 pengecap, dengan rambut pengecap yang memperbaharui dirinya setiap minggu.
Napsu makan hilang saat sedang sakit (pediasure.co.id)
# Cara Kerja Indera Penciuman
Indra penciuman disebut juga penciuman. Bagian dalam hidung dipenuhi neuron reseptor penciuman (sel penciuman), yang mengirimkan informasi ke saraf penciuman. Saraf ini menangkap bahan kimia yang dikeluarkan oleh makanan dan memberitahu otak makanan apa yang sedang dicium. Ini membantu dalam mendeteksi rasa makanan.
Fakta menarik: indera penciuman adalah indera yang paling erat hubungannya dengan ingatan. Jika sistem penciuman seseorang terganggu, seperti saat pilek/flu, orang tersebut mungkin menderita anosmia (ketidakmampuan memproses bau dan rasa).
Sekarang, coba tutup hidungmu dengan jarimu dan makan sesuatu. Rasanya akan berkurang, bahkan hilang sama sekali dalam beberapa kasus. Hal ini juga terjadi ketika kamu sedang tidak sehat: mukosa penciuman menjadi meradang dan terhambat (tersumbat oleh lendir/lendir), yang berarti bahan kimia yang berkontribusi pada penciuman dan rasa tidak dapat mendekati reseptor yang memberi sinyal pada saraf penciuman.
Indera perasamu jelas masih berfungsi, namun meskipun ada ribuan yang bekerja, indra perasamu masih belum mendekati apa yang diketahui oleh hidung!
# Pengalaman Makan di Pesawat
Ada stereotip yang bertahan lama bahwa makanan di pesawat bukanlah yang terbaik, tidak peduli betapa lezatnya para staf dalam menyajikannya. Bagi mereka yang pernah mencoba makanan di pesawat, mungkin rasanya berbeda atau hambar—tentu saja rasanya tidak sama seperti di darat.
Hal ini sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor berbeda. Pada ketinggian 30.000 kaki di udara, tekanan kabin rendah, udara kering dan terdapat suara obrolan yang mengganggu, serta deru mesin pesawat. Semua hal ini memengaruhi penciuman dan rasa karena mulut dan hidungmu mengering dan indera perasa menjadi ‘mati rasa’.
BBC melaporkan bahwa kemampuan kita untuk merasakan makanan manis atau asin berkurang di udara karena efek-efek ini. Sebuah studi tahun 2011 menemukan bahwa kebisingan latar belakang pesawat juga berdampak besar pada seberapa besar kamu menikmati makanan di maskapai penerbangan. Suara keras mempengaruhi kemampuan merasakan manis dan asin. Dan mirip dengan makan di restoran yang sangat bising, lingkungan yang bising membuat orang cenderung tidak menikmati makanannya!
Sekarang, jadi tahu kalian jadi tahu kan kalau ternyata ada begitu banyak indera dan organ berbeda yang terlibat dalam merasakan makanan. Dan sungguh menakjubkan bahwa otak juga mempunyai pengaruh yang besar.
Semoga artikel ini bermanfaat ya!