Bikin Merinding! 7 Ramalan Jayabhaya Ini Terbukti Telah Jadi Kenyataan

Bikin Merinding! 7 Ramalan Jayabhaya Ini Terbukti Telah Jadi Kenyataan

Prabu Jayabhaya adalah sosok raja termahsyur di abad ke-12 yang memimpin Kerajaan Kediri. Kamu tentu dulu pernah belajar soal ramalan Prabu Jayabhaya di pelajaran sejarah,

Menariknya, ramalannya yang disampaikan berabad-abad lalu ini perlahan jadi kenyataan lho! Ada sekitar 7 ramalan Prabu Jabhaya yang sudah terbukti jadi kenyataan, antara lain:

1. Bangsa Kulit Kuning yang Membebaskan Indonesia dari Kekejaman Kulit Putih

Seperti yang kita tahu, Indonesia sempat dijajah Belanda selama 350 tahun. Setelah dijajah Belanda, Indonesia kemudian dijajah bangsa Jepang. Meskipun sama-sama dijajah, setidaknya saat itu akhirnya Indonesia terlepas dari bangsa Belanda yang sudah ratusan tahun menguasai Indonesia.

Siapa sangka, peristiwa ini sudah diramalkan olehPrabu Jayabhaya.

"Akan ada masanya datang kulit kuning yang melepaskan Indonesia dari kekejaman kulit putih," begitu bunyi ramalan Prabu Jayabhaya.

2. Maraknya Budaya Korupsi dan Hilangnya Kemanusiaan

Semakin kemari, semakin banyak orang yang haus akan kekuasaan dan harta kekayaan. Banyak orang yang akhirnya menghalalkan segala cara untuk bisa mendapat kedudukan tertentu, dan mendapat sejumlah kekayaan.

Jayabhaya dan ramalannya yang jadi kenyataan (solopos.com)

Era ini juga sebenarnya telah diramalkanoleh Prabu Jayabhaya, begini bunyi ramalannya, "Akeh janji ora ditetepi, akeh wong langgar sumpahe dewe, akeh menungso mung ngutamakne duwit. Lali kemenungsan, lali kebicikan, lali sanak, lali kadang (banyak janji tidak ditepati, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri, banyak manusia yang mengutamakan uang. Lupa akan kemanusiaan, lupa kebajikan, lupa keluarga."

3. Lebih Suka Bersenang-Senang Tapi Tak Mau Bekerja Keras

Tak hanya rela menghalalkan segala cara untuk bisa sukses dan kaya. Orang sekarang juga tak masalah dengan uang haram, asal mereka bisa hidup nikmat dan bersenang-senang.

Sama seperti yang diramalkan Prabu Jayabhaya, "Akeh wong nyambut gawe apik-apik podo kroso isin, luwih utama ngapusi. Wegah nyambut gawe kepenak-kepenak. Ngumbar nafsu angkoro murko, nggedeake dhuroko (banyak orang yang malu bekerja pada pekerjaan yang baik dan halal, lebih senang berbohong. Tidak suka bekerja dan lebih suka bersenang-senang. Mengumbar nafsu dan membesarkan keinginan)."   

4. Kemajuan Teknologi

Para koruptor di Indonesia (wowmenariknya.com)

Tak hanya soal manusianya yang berubah akhlak. Prabu Jayabhaya juga meramalkan kondisi masa depan yang teknologinya semakin canggih. Misalnya yaitu soal alat transportasinya dan keadaan alamnya.

"Mbesuk yen ono kreto mlaku tanpo jaran, tanah Jawa kalungan wesi, prahu mlaku nang duwur awang-awang, kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange (Nanti akan ada kereta yang berjalan tanpa kuda, tanah Jawa akan dihiasi besi, perahu berjalan di atas awang-awang (pesawat), sungai kehilangan sumbernya, dan pasar kehilangan keramaian."

5. Pendidikan yang Dikomersialisasikan

Ilmu sebenarnya bisa didapat di mana saja, lewat apa saja, tak cuma dari sekolah. Namun, zaman telah berbeda. Kini banyak ilmu yang baru bisa didapat ketika kita mengeluarkan uang. Persis seperti yang diramalkan Prabu Jayabhaya.

"Akeh wong ngedol ilmu (banyak orang yang menjual ilmu)"

6. Pergaulan Bebas

Selain itu, menurut Prabu Jayabhaya, pria dan wanita zaman modern akan begitu berbeda dengan karakter pria dan wanita pada zamannya. Pada zaman dahulu, wanita punya karakter lemah lembut, pemalu, sopan santun. Sedangkan pria zaman dahulu punya image kuat, berkharisma, bisa diandalkan. 

Di zaman modern, wanita sekarang lebih berani, agresif, lebih bebas, merdeka, dan berpendidikan. Sementara pria sekarang, sudah tak sekuat dulu. Pria sekarang juga gak selalu bisa diandalkan.

"Wong wadon ilang kewirangane, wong lanang prawirane (perempuan kehilangan rasa malu dan laki-laki kehilangan kehormatannya."

7. Ramalan Notonogoro

Ramalan yang terakhir ini disebut ramalan Notonogoro. Berisi tentang kepemimpinan di Indonesia. Notonogoro sendiri memiliki arti menata negara. Hal itu juga banyak dikaitkan dengan para pemimpin atau presiden Indonesia.

Notonogoro juga dikaitkan dengan nama-nama presiden di Indonesia. Kata 'No' sendiri dikaitkan dengan nama Presiden Soekarno. Kemudian kata 'To' dikaitkan dengan Presiden Soeharto dan kata 'No' dikaitkan dengan nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

  

Alat transportasi modern (suararakyatjember.blogspot.com)