Ernest Prakasa, seorang komika mengunggah foto selfie bersama kedua anaknya ke akun Instagram pribadinya. Melalui caption foto ia berkomentar terkait susahnya memiliki anak. Sedikit bercanda Ernest menulis kalau sejak bocah-bocah ini lahir, mereka meneror tanpa henti hingga waktu berdua dengan istri terabaikan. Cuma bercanda lho ini, Ernest jelas sayang sama keluarganya.
Ia ngasih saran buat nggak terburu-buru memiliki momongan, bagi pasangan yang baru saja menjalin hidup bersama lewat pernikahan yang sah. Menikmati waktu bersama sekaligus mengenali pasangan lebih jauh lagi. Ketika nanti sudah siap, baru berencana untuk memiliki buah hati.
Kalian pernah denger nggak kalau memiliki hewan peliharaan seperti kucing atau anjing dapat dimanfaatkan sebagai latihan untuk mengasuh anak di kemudian hari. Terutama untuk pasangan muda yang baru saja menikah. Hewan peliharaan dianggap memiliki mental seperti anak bayi. Pertama, mereka tidak/belum bisa mengutarakan maksud hatinya. Sehingga orang tua harus menebak-nebak sendiri. Kedua, bayi maupun peliharaan tidak paham mana yang terbaik untuk mereka. Semisal ketika mereka sakit mereka sama-sama tidak mau minum obat kan? Ketiga, butuh kesabaran ekstra untuk perawatan pribadi seperti eek dan pipis.
Dari kesekian kesamaan yang ada, wajar banyak pasangan muda yang mulai melirik hewan peliharaan sebagai sarana curahan perhatian dan kasih sayang sebelum benar-benar memiliki anak. Tetapi apakah benar bisa menghadap-hadapkan antara kedua entitas yang secara biologis berbeda ini? Tepatkah kita mengikuti gaya hidup tersebut?
Punya peliharaan baru punya momongan (instagram @ernestprakasa)
Pertama-tama bayi bisa tumbuh dewasa menjadi anak. Mereka mendapat pengetahun dan skil. Hingga suatu saat menjadi mandiri dan bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Semisal ketika mereka mulai belajar buang air besar di toilet hingga menali sepatu.
Sedangkan hewan peliharaan, taruhlah anjing, tidak akan mencapai fase ini. Beberapa jenis anjing bahkan dibiakan sangat domestis sehingga merka tidak dapat melakukan sesuatu sendiri. Bahkan untuk kebutuhan survival. Semisal jenis pug, perkembangbiakan pug akan selalu dibantu manusia karena morfologi tubuh pug tidak memungkinkannya untuk melahirkan sendiri. Bisa dikatakan peliharaan domestik tidak akan bisa selamat jika mereka lepas dari tuannya.
Begitu juga relasi majikan dengan peliharaan dan orang tua dengan anak bayinya. Karena kalian akan selamanya merawat peliharaan, perasaan emosi dan kasih sayang kalian kepada mereka akan permanen. Peliharaan seperti anjing pug atau kucing persia adalah bayi hingga usia kematian mereka di sekitar belasan tahun.
Sedangkan dengan anak bayi, situasi mental bisa berubah seiring dengan perjalanan waktu. Ketika sang anak mulai mandiri, menjadi individu yang merdeka, relasi akan semakin kompleks. Tentu yang namanya orang tua akan tetap sayang terhadap anak mereka. Namun kita berbicara tentang individu dengan individu. Seorang dewasa berhadapan dengan orang dewasa lainnya.
Punya peliharaan baru punya momongan (therapydogs.com)
Cerita tentang relasi orang tua dan anak bahkan sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dikisahkan Oedipus membunuh ayahnya sendiri dan menjadikannya raja. Parabel yang digunakan untuk menggambarkan bahwa seorang anak tak bisa selamanya menjadi anak. Mereka harus melampaui situasi ke-orang tua-anak-an untuk menjadi orang tua di kemudian hari.
Jelas beda kan situasi perasaan mental memelihara hewan dengan sayang bak bayi sendiri hingga suatu saat harus kehilangan karena umur mereka yang pendek, dengan memiliki anak yang dari hari ke hari tumbuh dewasa sampai kalian meninggal dan mereka tetap hidup.
Memiliki hewan kita akan mendapati pengalaman kesedihan yang absolut saat mereka tak lagi bernafas, sedangkan anak adalah kebahagiaan menyaksikan mereka tumbuh mandiri. Bonus sebagai pasangan kita akan kembali bisa pacaran lagi karena tak perlu terbangun malam-malam mendengar anak merengek minta susu. Ya kalau kalian bisa membedakan memelihara hewan peliharaan dan merawat anak sih, kecuali sampai tua kalian nggak akan melepaskan status sebagai orang tua dalam hal ini kalian nggak mau anak kalian beranjak dewasa. Tabik.
Punya peliharaan baru punya momongan (newharbinger.com)