Waduh! Masyarakat Jepang Ternyata Ogah Hidup Sampai 100 Tahun, Apa Sebabnya?

Waduh! Masyarakat Jepang Ternyata Ogah Hidup Sampai 100 Tahun, Apa Sebabnya?

Sebuah survei baru menemukan bahwa kebanyakan orang Jepang, pada kenyataannya, tidak akan hidup sampai 100 tahun meskipun apa yang disarankan pemerintah.

Survei online, yang dilakukan oleh Japan Hospice Palliative Care Foundation di Osaka, menanyakan pertanyaan kepada sekitar 500 pria dan 500 wanita: apakah Anda ingin hidup lebih dari 100 tahun?

Responden berusia 20-an hingga 70-an. Di antara mereka, 72% responden pria dan 84% responden wanita mengatakan mereka tidak ingin hidup selama itu.

# Alasan Orang Jepang Tidak Ingin Berumur Panjang

Penjelasan paling umum yang diberikan, sebesar 59%, adalah bahwa mereka tidak ingin mengganggu keluarga atau orang lain untuk merawat mereka.

Mainichi Shimbun melaporkan bahwa yayasan itu "terkejut" karena begitu sedikit orang yang ingin hidup lama, dan mereka khawatir tentang bagaimana Jepang akan mendukung mereka yang menghadapi kematian.

Pusat kota Jepang (tirto.id)

"Ketika 'usia 100 tahun' menjadi kenyataan, orang mungkin mulai mempertanyakan apakah mereka benar-benar senang dengan itu," kata perwakilan yayasan kepada media Jepang, menurut laporan tersebut.

Jepang memiliki salah satu masyarakat yang menua paling cepat di dunia. Tapi itu juga salah satu dari lima besar.

Menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang, jumlah centenarian, orang berusia 100 tahun atau lebih, di Jepang mencapai 90.526 per September 2022. Ini mewakili 72,13 centenarian per 100.000 penduduk. Itu juga meningkat hampir 4.000 dari September tahun sebelumnya.

Masyarakat senior Jepang (radarseluma.display.id)

Tingkat kelahiran melambat di banyak negara Asia, termasuk Cina. Di Jepang, pemerintah memperkirakan jumlah kelahiran turun di bawah 800.000 tahun lalu. Hal ini menyebabkan perdana menteri Fumio Kishida menyatakan bahwa angka kelahiran yang rendah dan populasi yang menua menimbulkan risiko besar bagi masyarakat.

"Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," kata Kishida pada bulan Januari. 

“Memfokuskan perhatian pada kebijakan mengenai anak dan mengasuh anak adalah masalah yang tidak bisa menunggu dan tidak bisa ditunda.”

Kishida mengatakan pada saat itu akan menggandakan pengeluaran untuk mendukung keluarga membesarkan anak keluar pada Juni tahun ini.

Jumlah anak di Jepang merosot (kompasiana.com)