Kisah Mistis Terowongan Sasaksaat, Dihuni Arwah Pekerja Rodi Zaman Belanda

Kisah mistis Terowongan Sasaksaat dikaitkan dengan arwah orang Indonesia yang sempat jadi pekerja rodi pada zaman Belanda dulu.

Pernah naik kereta api dari Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya? Pasti akan melintasi terowongan kereta api Sasaksaat. Terowongan Sasaksaat ini merupakan salah satu terowongan tua yang ada di Indonesia. Nah karena terowongan dibangun pada zaman pendudukan Belanda beredar cerita soal kisah mistis Terowongan Sasaksaat.

Terowongan Sasaksaat dibangun pada tahun 1912-1913. Terowongan ini berada di kawasan Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat. Jalur kereta ini menghubungkan daerah Jakarta-Bandung, Purwakarta – Padalarang, hingga saat ini banyak kereta api dari Jakarta yang menuju daerah Purwokerto,Jawa Tengah juga melintasi terowongan dengan panjang 949 meter ini.

Beberapa kereta api yang melewati Terowongan Sasaksaat adalah Argo Parahyangan (Jakarta Bandung PP), Serayu (Jakarta – Purwokerto PP), Ciremai (Semarang – Bandung PP), Harina (Bandung – Surabaya PP), kereta Lokal (Cibatu-Purwakarta PP), dan beberapa kereta api angkutan barang.

Terowongan Sasaksaat berada di bawah kawasan perukitan Cidepong. Lokasi terowongan ini dekat dengan Stasiun Maswati dan Stasiun Sasaksaat. Kedua stasiun ini berada di dataran tinggi. Makanya setiap penumpang kereta api setelah melewati Terowongan Sasaksaat akan merasa bahagia karena disuguhi pemandangan indah.

Kisah mistis Terowongan Sasaksaat ternyata sudah ada sejak terowongan ini akan dibangun. Zaman dulu di kawasan tersebut masih banyak perbukitan dan pohon-pohon besar yang diduga dihuni oleh makhluk halus. Bahkan untuk membuat bangunan terowongan, pihak Belanda harus meminta izin kepada makhluk gaib di daerah itu. 

Agus Mulyana pengajar Pendidikan Sejarah di Universitas Pendidikan Indonesia mengutip dari  Verslag Der Staatsspoorwagen In Negerlandsch Over Het Jaar 1902, menjelaskan jika diadakan upacara dengan pemberian sesajen supaya proses pembangunan Terowongan Sasaksaat berjalan dengan lancar dan tidak diganggu makhluk gaib penunggu daerah itu.

Kabarnya saat proses pembangunan terowongan, orang-orang Indonesia yang menjadi pekerja rodi mengalami kesulitan saat melakukan penggalian. Sebab di bukit itu banyak bebatuan cadas yang sangat sulit dihancurkan. Akhirnya batu-batu cadas dihancurkan menggunakan bor.

Percaya tidak percaya, sampai sekarang warga sekitar terowongan nyatanya masih mempercayai jika di dalam Terowongan Sasaksaat ada sosok penunggu yang masih dihormati penduduk sekitar. Penduduk di Kampung Cipicung dekat terowongan malah menyebut terowongan itu layaknya goa yang sangat sakral.

Kisah Mistis Terowongan Sasaksaat (Twitter)

Karena sakral, maka penduduk dekat terowongan setiap tanggal 17 Agustus selalu mengirimkan sesajen berupa seekor domba. Domba itu untuk penunggu gaib terowongan. Sesajen itu juga dipercaya bisa menolak bala atau bencana  musibah yang bisa dialami warga sekitar, mulai dari tanah longsor karena berada di dataran tinggi hingga kecelakaan karena ditabrak kereta api.

Terungkap bahwa saat proses pembangunan Terowongan Sasaksaat banyak pekerja-pekerja orang Indonesia yang meninggal dunia karena mengalami penyiksaan hingga penyakit. Jenazah para pekerja rodi itu pun dimakamkan di sekitar terowongan. Sampai sekarang letak makamnya pun tidak diketahui keberadannya oleh warga sekitar.

Namun beberapa saksi pernah alami hal mistis ketika sedang berada di dekat terowongan. Misalnya terdengar suara orang yang meminta tolong karena merintih kesakitan. Selain itu juga sayup-sayup terdengar suara dari dalam terowongan suara pacul besi yang sedang membelah tanah dan batu. Diduga suara-suara itu dari arwah pekerja rodi yang masih ada di dalam terowongan.

Kisah mistis Terowongan Sasaksaat juga makin angker karena di sekitar terowongan terdapat beberapa rumah dinas yang sudah terbengkalai. Dulunya rumah dinas itu digunakan pegawai perusahaan kereta api yang berdinas di kawasan Sasaksaat dan sekitarnya. Di dalam rumah dinas juga ada sumur tua.

Kisah Mistis Terowongan Sasaksaat (Tribun Jabar)