Akhir-akhir ini, istilah preloved dan thrift kerap banyak didengar oleh para penggemar dunia fesyen. Walaupun keduanya sama-sama identik dengan barang bekas, tapi ternyata keduanya punya perbedaan yang signifikan, lho.
Sekarang, banyak orang yang berpikir kalo membeli baju tak menjadi suatu keharusan sehingga mereka memilih untuk membeli baju thrift atau preloved.
Hal ini juga menjadi solusi dalam trn sustainable fashion atau mode berkelanjutan. Nah, supaya kamu lebih paham, berikut ada beberapa penjelasan soal perbedaan keduanya.
Pengertian Thrift
Thrift, secara harfiah punya arti yaitu penghematan. Istilah ini kemudian dipakai dalam pembelian barang yang punya harga lebih murah karena barang tersebut memiliki kondisi bekas atau reject.
Walaupun bekas, kondisi pakaian thrift umumnya masih sangat baik, bahkan beberapa di antaranya punya kualitas layaknya baru.
Di luar negeri, istilah thrift biasanya dipakai ketika seseorang mendonasikan barang-barang mereka untuk tujuan amal. Namun di Indonesia, pemaknaan thrift menjadi berbeda. Apalagi, kini banyak influencer yang mempromosikan tren menggunakan pakaian bekas sehingga peluang bisnis baju thritft pun semakin pesat.
Ilustrasi bisnis baju thrift (jurnal)
Pengertian Preloved
Lain halnya preloved, dimana preloved diartikan sebagai pakaian bekas yang berasal dari koleksi pribadi seseorang. Pakaian preloved ini umumnya dijual dalam kondisi bagus. Biasanya, orang yang melakukan preloved dikarenakan mereka sudah tak ingin menggunakan barangnya lagi, atau bisa juga karena alasan lain seperti tidak cocok ukuran.
Ilustrasi orang membeli baju (pexels)
Perbedaan Thrift dan Preloved
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan jika preloved dan thrift berbeda dari asal barang tersebut. Thrift, umumnya berasal dari barang-barang yang didonasikan atau barang bekas dari luar negeri. Sedangkan preloved berasal dari barang milik pribadi.
Penjualan thrift sendiri bisa di berbagai lokasi, misalnya secara online atau offline. Sedangkan preloved umumnya dijual secara eksklusif alias lebih personal. Karena pemilik baranglah yang akan menjual barang bekasnya secara langsung ke konsumen.