Pembelot Korea Utara Ungkap Alasan Gak Ada Komunitas LGBT Di Negaranya, Benarkah Bisa Dihukum Berat?

Alasan di Korea Utara tidak akan komunitas LGBT ternyata hal itu dianggap sebagai penyakit.

LGBT di Korea Selatan masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu. Meski begitu, tak sedikit masyarakat yang berani terang-terangan mengaku memiliki orientasi seksual sebagai gay, lesbian atau biseksual. Bahkan, sudah ada komunitas LGBT+ di Seoul.

Namun berbeda dari Korea Selatan yang memiliki komunitas LGBT+, di Korea Utara konsep tersebut tidak ada sama sekali. Hal ini terungkap dari pengakuan seorang pembelot dari negara tersebut bernama Harry. Dia menerangkan di Korea Utara tidak ada istilah gay. 

Bahkan hal itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak normal dan penyakit oleh masyarakat di sana. "Di Korea Utara, tidak ada konsep itu. Tidak ada istilah gay. Mereka mengira itu penyakit," ungkap Harry yang dilansir dari Koreaboo pada Selasa, 29 November 2022.

Sementara itu, Jang Yeong Jin yang merupakan satu-satunya pembelot yang terbuka menyatakan dirinya sebagai gay juga pernah mengungkapkan hal yang sama. Kepada BBC, dia bahkan menerangkan kalau ada orang yang mengaku gay atau lesbian maka orang itu dianggap tidak sehat.

"Karena tidak ada konsep homoseksualitas di Korea Utara, tidak ada kesadaran akan masalah ini. Dalam masyarakat terbuka, orang setidaknya memiliki kesadaran akan seksualitas yang berbeda, di Korea Utara tidak ada harapan sama sekali," terang Jang Yeong Jin.

"Di Korea Utara, jika seorang pria mengatakan dia tidak menyukai seorang wanita, orang mengira dia tidak sehat," imbuhnya. Itu sebabnya, Yeong Jin butuh waktu cukup lama untuk menemukan apa itu homoseksual dan menyadari bahwa itu adalah identitasnya.

Pembelot Korut Harry dan Jang Yeong Jin (Koreaboo)

Warga Korea Utara juga tidak berani mengekspresikan seksualitasnya dengan gamblang karena LGBT+ masih tidak diterima. Bahkan pemerintah Korea Utara pernah mengeksekusi dua wanita lesbian yakni wanita Korea dan Jepang di depan umum. 

Dikutip dari Korea Times, kedua wanita itu ditangkap setelah diketahui melakukan hubungan seksual di rumahnya di Cheongjin, Provinsi Hamgyeong Utara. Pemerintah Korea Utara langsung mengambil keputusan eksekusi untuk keduanya karena dianggap terpengaruhi kapitalisme Jepang dan bisa merusak moral.

"Pemerintah Utara secara terbuka mengeksekusi dua lesbian karena diwarnai dengan kapitalisme bukan untuk demoralisasi," begitu laporan dari Radio Free North Korea. "Mereka sangat dipengaruhi oleh kapitalisme dari Jepang dan membawa kerusakan moral masyarakat," ungkap sumber dari pemerintah Korea Utara.

Ilustrasi Eksekusi (Korea Times)