Gereja St. Paul menjadi sebuah warisan milik UNESCO yang berlokasi di Kawasan Red Square Malaka, Malaysia.
Dibangun oleh Kapten Fidalgo seorang bangsawan Portugis pada 1521, gereja ini merupakan bentuk dari terima kasihnya Bunda Maria karena sudah menyelamatkannya dari badai laut.
Berlokasi di puncak Bukit St. Paul, gereja Katolik tertua se-Asia Tenggara ini memiliki kondisi yang memprihatinkan.
Saat masuk ke dalam gereja, terdapat patung St. Francis Xavier yang merupakan seorang misionaris dan dulu sempat bertugas di Malaka. Lalu di balik patung, terdapat bangunan gereja utuh serta beberapa ruang untuk menyimpan benda bersejarah.
Sekilas, gereja tersebut mirip dengan Ruins of St. Paul yang ada di Macau. Namun setelah rusak karena invansi Belanda di Malaka, gereja tersebut diperbaiki ketika Inggris menguasai Malaysia. Lalu, gereja tersebut beralih menjadi tempat ibadah dan memiliki gudang penyimpanan.
Yang membuat gereja itu unik, adalah dengan adanya susunan batu nisan yang merupakan milik makam para bangsawan Belanda dan Portugis.
Keunikan lain dari gereja itu ialah bagian tangan kanan patung St. Francis Xavier tidak lagi utuh. Konon, katanya saat jenazah dipulangkan ke India pada tahun 1614, jasadnya masih segar seperti awal dimakamkan di Malaka.
Kisah aneh dari gereja St. Paul di Malaka (thepoortraveler.com)
Saat Vatikan meminta telapak tangannya untuk pemberkatan, tangannya pun dipotong. Namun yang bikin terkejut adalah darah tangan St. Francis Xavier masih mengalir deras setelah 60 tahun kematiannya.
Saat patung St. Francis Xavier dibangun pada tahun 1952, terdapat pula sebuah keanehan yang terjadi. Tiba-tiba, pohon cemara tumbang dan memotong tangan kanan patung tersebut.
Lalu konon potongan telapak tangan kanan patung hingga kini disimpan di Roma Italia sebagai simbol pembaptisan.
Kisah aneh dari gereja St. Paul di Malaka (thepoortraveler.com)