Unik Banget! Mengenal Tradisi Tunggon dari Wonogiri: Menikahi Gadis Tuan Rumah Setelah Bekerja Mengabdi Padanya

Unik Banget! Mengenal Tradisi Tunggon dari Wonogiri: Menikahi Gadis Tuan Rumah Setelah Bekerja Mengabdi Padanya

Setiap orang memiliki cara dan cerita mereka sendiri dalam mendapatkan jodoh. Ada yang tak sengaja dipertemukan, ada yang sengaja mencari di aplikasi kencan, ada yang dijodohkan, ada pula yang melewati sebuah tradisi.

Misalnya seperti tradisi Tunggon di Wonogiri. Sayangnya, tradisi yang sampai sekarang masih dijalankan segelintir orang di Kecamatan Karangtengah, Wonogiri ini, tak selalu berakhir baik.

Pasalnya, tradisi ini juga jadi penyebab maraknya pernikahan dini dan anak stunting. Emang, seperti apa sih Tradisi Tunggon? Yuk, langsung simak aja artikelnya berikut ini!

# Apa Itu Tradisi Tunggon?

Tunggon dalam bahasa Jawa memiliki arti menunggu. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Tradisi tunggon dilakukan oleh laki-laki (calon mempelai) yang tinggal dan bekerja selama beberapa waktu di rumah orangtua sang perempuan (calon mempelai), sebelum bisa menikahi perempuan tersebut.

Tradisi tunggon itu disebabkan sebagian orang tua memiliki mindset jika ada yang melamar atau menunggu anak perempuannya akan bangga.

Pasalnya, mereka menjadi tidak khawatir kalau anaknya tidak laku dan menjadi perawan kasep. Akhir dari tradisi tunggon pasti menikah.

Faktor lain di antaranya karena sudah ditunggoni anak harus segera dinikahkan agar tidak berdosa. Kemudian juga faktor tidak melanjutkan pendidikan, menjadi penyebab seseorang menjalani budaya tunggon.

Ketika menunggu, Si laki-laki biasanya akan membantu seluruh pekerjaan orangtua si perempuan. Misalnya mencari rumput, mencangkul, dan sebagainya. Sampai akhirnya nanti orangtua perempuan merasa bahwa si laki-laki sudah layak menikahi putrinya. Waktunya pun bervariasi, bisa bulanan atau bahkan tahunan.

Sang perempuan yang menjalankan tradisi ini biasanya menikah di usia yang masih sangat muda. Rata-rata perempuan yang ditunggu masih lulus dari SMP dan tak melanjutkan pendidikan. Sementara si laki-laki sudah dewasa.

Tradisi ini kemudian memunculkan berbagai risiko yang sudah disebutkan tadi sebelumnya: pernikahan dini dan stunting.

# Pelarangan Tradisi Tunggon

Kecamatan Karangtengah Wonogiri Kecamatan (wonogiri.pks.id)

Karena risiko tadi, pemerintah daerah kemudian berusaha untuk mencegah perkawinan dengan tradisi Tunggon dilakukan lebih banyak orang.

"Sebagian masyarakat di sini masih ada yang melakukan. Tradisi itu akan kami larang. Ini upaya untuk mencegah perkawinan anak dan mengurangi angka stunting di Karangtengah," kata Camat Karangtengah, Kamis (25/8/2022).

 

Menurutnya, Pemerintah kecamatan belum merinci atau mencatat berapa jumlah warganya yang masih melakukan tunggon.

Kendati demikian, pihaknya mengetahui ada angka pernikahan dini yang berasal dari tradisi tunggon. Saat ini, masih ada beberapa warga yang menjalankan tradisi itu.

Deklarasi melarang tradisi Tunggon (radarsolo.jawapos.com)

"Kami berkomitmen melarang itu. Saat ini sudah ada satu dusun yang warganya mempunyai kesepakatan meninggalkan tunggon," ujarnya.

PJ Kades Karangtengah, Wiyono, menjelaskan saat ini di wilayahnya ada sejumlah warga yang menjalankan tradisi tunggon. Bahkan, pada Agustus ini ada pengajuan pernikahan anak di bawah umur.

Contoh pernikahan di bawah umur (indozone.id)