Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik anaknya menjadi orang yang baik. Dalam praktik parenting, orang tua sering dihadapkan pada sikap anak yang terus melawan dan memberontak.
Sikap seorang anak tentu menguji kesabaran orang tua. Kemarahan, dendam, dan perasaan emosional sering muncul.
Munculnya sikap anak yang sering bertengkar disebabkan oleh banyak faktor. Orang tua sering tidak menyadari sikap mereka sendiri.
Beberapa kebiasaan ayah dan ibu membuat anak lebih rentan berkelahi. Apa sajakah itu?
Berbicara terlalu lama
Anak-anak paling bosan ketika mereka harus mendengarkan gosip panjang orang tua mereka. Jauh dari pengertian, justru masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Jangan gunakan sindiran atau kode untuk menguji anak-anak. Berkomunikasilah dengan jelas, singkat, dan padat.
Terlalu banyak pengulangan
Ini tidak panjang, tapi hati-hati ketika kalimat pendek diulang. Pada awalnya, anak mungkin akan mendengarkan dan menurut. Sayangnya, hal itu sering diulang sehingga anak-anak menilai orang tua mereka pilih-pilih. Hal ini membuat kalimat menjadi terkesan tidak penting.
Apakah Anda sering menggunakan kata "tidak"?
Larangan biasanya dimulai dengan kata "tidak". Pokoknya, jangan lakukan ini atau jangan lakukan itu sampai anak Anda tidak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Apalagi jika orang tua tidak menjelaskan alasannya terlebih dahulu. Seiring waktu, kata "tidak" berhenti bekerja. Daripada langsung berkata "tidak", lebih baik tanyakan mengapa anak Anda melakukan sesuatu yang dilarang/berbahaya sejak awal.
Dari situ kita bisa mendapatkan sudut pandangnya dan memberikan saran yang lebih masuk akal.
Terlalu banyak berteriak
Kadang-kadang menekankan suara bernada tinggi membantu anak berkonsentrasi mendengarkan. Sayangnya, suara dan teriakan bernada tinggi yang konstan dapat membuat anak-anak tertekan dan tuli. Alih-alih memperhatikan, mereka menghindarinya.
Berbicara langsung dan terburu-buru
Terkadang karena terburu-buru karena takut lupa, mereka berbicara dengan cepat tanpa mendapatkan perhatian anak terlebih dahulu. Tentu saja, ucapan itu tidak terdengar untuk terakhir kali.
Untuk menghindari keadaan ini, panggil namanya terlebih dahulu dan beri tahu dia apa yang ingin dikatakan ibu atau ayahnya.